JAKARTA - Latihan militer berskala besar kembali digelar oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) di wilayah strategis Natuna.
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya memperkuat pertahanan negara, khususnya di wilayah perbatasan yang memiliki nilai strategis tinggi di Laut Natuna Utara. Sebanyak hampir 1.000 prajurit dikerahkan dalam latihan ini yang dipimpin oleh Batalyon Komposit Gardapati (Yonkomposit 1/GP).
Latihan melibatkan penggunaan berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) modern seperti rudal Starstreak dan Multiple Launch Rocket System (MLRS) Astros II MK 6.
Kehadiran latihan tersebut tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan tempur pasukan, tetapi juga memastikan kesiapan operasional satuan dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman terhadap kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Latihan Skala Besar dengan Standar Keamanan Tinggi
Komandan Yonkomposit 1/GP, Letkol Infanteri Muchamad Ricky Prawiratama, menjelaskan bahwa latihan ini merupakan bagian dari program rutin satuan yang bertujuan menjaga kesiapan dan kemampuan personel. Beberapa titik lokasi latihan meliputi Desa Air Lengit, Sebadai Ulu, Kelarik, Batubi, dan Teluk Buton.
Dalam pelaksanaannya, TNI AD juga menerapkan prosedur keamanan ketat. Warga sekitar diimbau untuk tidak beraktivitas di luar ruangan selama latihan berlangsung, terutama di area yang menjadi lokasi latihan menembak dengan peluru daya ledak tinggi.
Kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan pasien dengan kondisi kesehatan khusus dianjurkan untuk sementara waktu mengungsi ke tempat aman.
Langkah ini diambil semata-mata demi menjaga keselamatan masyarakat. “Latihan menembak senjata berat ini bertujuan memelihara kemampuan satuan serta prajurit agar selalu siap dalam setiap kondisi,” ujar Letkol Ricky.
Kapendam XIX/Tuanku Tambusai, Letkol Inf Faizal Rangkuti, menambahkan bahwa latihan kali ini mencakup beberapa tahap. Rangkaian kegiatan dimulai dari latihan menembak senjata berat teknis (latbakjatratnis), uji siap tempur (UST) Kompi Terintegrasi, hingga puncaknya yaitu Latihan Antar Kecabangan (Ancab) TNI AD Yonkomposit 1/Gardapati Tahun Anggaran 2025.
“Latihan antar kecabangan merupakan latihan puncak TNI AD yang melibatkan berbagai matra di Angkatan Darat untuk meningkatkan interoperabilitas antar satuan,” jelas Faizal.
Peningkatan Kesiapsiagaan Nasional dan Sinergi Prajurit
Latihan ini menjadi momentum penting bagi TNI AD untuk menunjukkan komitmennya dalam menjaga kedaulatan negara serta memperkuat pertahanan nasional di wilayah strategis. Sebanyak 968 prajurit dilibatkan dalam latihan, yang terbagi dalam beberapa tahapan pelatihan terintegrasi.
Menurut Faizal, kegiatan tersebut menegaskan bahwa Yonkomposit 1/Gardapati sebagai satuan yang berdislokasi di Pulau Natuna siap menjalankan operasi dalam menghadapi setiap potensi ancaman dan tantangan, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Kegiatan latihan ini menjadi wujud kesiapan dan semangat juang prajurit dalam menjaga setiap jengkal wilayah Indonesia,” ujarnya.
Latihan semacam ini juga berfungsi sebagai sarana evaluasi kesiapan tempur personel dan efektivitas penggunaan alutsista terbaru. Keberadaan rudal Starstreak dan MLRS Astros II MK 6 menunjukkan kemajuan signifikan dalam sistem pertahanan udara dan artileri medan yang dimiliki TNI AD.
Selain itu, Faizal menegaskan bahwa seluruh kegiatan latihan sudah melalui proses sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan keresahan. “Kami sudah berkoordinasi dengan masyarakat, dan mereka memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini,” katanya.
Sinergi TNI dan Warga Natuna untuk Ketahanan dan Kemanusiaan
Menariknya, latihan militer di Natuna ini tidak hanya berfokus pada aspek pertahanan, tetapi juga mengandung nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Yonkomposit 1/Gardapati turut melaksanakan kegiatan bakti sosial di sela-sela latihan.
Kegiatan sosial tersebut berupa pengobatan gratis dan pembagian paket sembako kepada masyarakat sekitar yang terdampak aktivitas latihan, terutama bagi mereka yang sementara waktu tidak dapat melaut atau berkebun.
Selain itu, banyak warga yang turut berpartisipasi membantu TNI dalam menyiapkan lokasi latihan, termasuk membangun menara peninjauan dan Pos Komando Taktis (Poskotis). Beberapa warga juga rela meminjamkan lahan tidur miliknya untuk digunakan sebagai area latihan.
Partisipasi aktif masyarakat Natuna ini menunjukkan tingginya rasa nasionalisme dan dukungan terhadap upaya pertahanan negara. Latihan yang disertai kegiatan sosial ini diharapkan dapat memperkuat hubungan baik antara TNI dan warga, serta menciptakan rasa aman di daerah strategis tersebut.
Dengan kolaborasi antara aparat dan masyarakat, latihan ini menjadi simbol nyata dari kesiapsiagaan, kemanunggalan TNI dengan rakyat, serta tekad bersama menjaga kedaulatan wilayah Republik Indonesia.