JAKARTA - Pencak silat resmi mencatat sejarah dengan tampil untuk pertama kalinya di ajang Asian Youth Games (AYG) 2025 yang digelar di Bahrain.
Cabang olahraga bela diri asli Indonesia ini menjadi salah satu bagian dari kompetisi multi-event tingkat Asia yang diikuti oleh atlet muda berusia 14 hingga 17 tahun. Keikutsertaan pencak silat dalam AYG menjadi tonggak penting bagi perkembangan olahraga nasional yang kini kian diakui di kancah internasional.
Sebanyak 14 negara ikut serta dalam debut bersejarah ini, antara lain Bahrain, Kamboja, Indonesia, India, Iran, Kazakhstan, Kirgizstan, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Thailand, Tajikistan, dan Uzbekistan.
Mereka berkompetisi di tiga kelas pertandingan: Putra D (51–55 kg), Putra F (59–63 kg), dan Putri D (51–55 kg). Pertandingan berlangsung pada 19–20 Oktober di mana para pesilat muda menunjukkan kemampuan teknik, strategi, dan semangat khas bela diri nusantara.
Kebanggaan Indonesia atas Pengakuan Internasional
Wakil Ketua Umum PB IPSI, Sugiono, menegaskan bahwa tampilnya pencak silat di AYG adalah bukti nyata pengakuan dunia terhadap warisan budaya Indonesia. Ia menilai momen ini tidak hanya penting dari sisi olahraga, tetapi juga merupakan simbol keberhasilan diplomasi budaya bangsa.
“Ini momen bersejarah, karena Pencak Silat untuk pertama kalinya tampil di Asian Youth Games. Kita patut bangga, seni bela diri warisan bangsa akhirnya bisa berdiri sejajar dengan cabang olahraga lain di ajang multi-event Asia,” ujar Sugiono.
“Ini bukti nyata bahwa Pencak Silat bukan hanya milik Indonesia, tapi sudah menjadi olahraga yang dicintai banyak bangsa,” tambahnya.
Ucapan Sugiono menggambarkan semangat dan kebanggaan masyarakat Indonesia. Masuknya pencak silat dalam ajang bergengsi Asia menjadi wujud bahwa olahraga tradisional Indonesia telah diterima secara luas dan berpotensi berkembang sebagai simbol persahabatan antarnegara.
Pencak Silat sebagai Diplomasi Budaya Asia
Masuknya pencak silat ke AYG juga membawa nilai lebih dari sekadar pertandingan. Sugiono menilai ajang ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam bela diri silat kepada generasi muda Asia.
“Pencak Silat bukan hanya soal bertanding. Ada nilai luhur, filosofi, dan tradisi yang menyertainya. Dengan tampil di ajang sebesar AYG, kita membawa pesan tentang persaudaraan, hormat pada lawan, dan semangat kebersamaan,” jelasnya.
Melalui keikutsertaan ini, pencak silat berperan sebagai sarana diplomasi budaya yang memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Bukan hanya teknik bertarung, tetapi juga nilai-nilai moral dan kedisiplinan menjadi bagian dari warisan budaya yang kini dipelajari lintas negara.
Harapan Baru untuk Generasi Muda Silat
Anggota Asian Pencak Silat Federation (APSIF) sekaligus assistant technical delegate Indonesia, Abdul Karim Aljufri, menilai keberhasilan pencak silat masuk ke AYG 2025 menandai era baru bagi perkembangan olahraga ini di Asia.
Ia optimistis bahwa generasi muda akan semakin bangga dan termotivasi untuk menekuni pencak silat hingga ke level dunia.
“Ini bukan hanya kemenangan untuk Pencak Silat, tetapi juga kemenangan untuk bangsa Indonesia. Saya yakin generasi muda akan semakin bangga menekuni silat dan menjadikannya jalan untuk meraih prestasi dunia,” ujar Abdul Karim.
Selain sebagai ajang unjuk kemampuan, partisipasi pencak silat dalam AYG juga membuka peluang lebih luas bagi pembinaan atlet muda. PB IPSI diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat sistem pelatihan, memperbanyak kompetisi nasional, dan memperluas jangkauan silat di kalangan remaja.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan federasi olahraga, pencak silat memiliki potensi besar untuk menjadi ikon baru Indonesia di panggung internasional.
Kehadirannya di Asian Youth Games 2025 bukan sekadar prestasi simbolik, tetapi langkah nyata menuju masa depan olahraga bela diri Indonesia yang lebih gemilang dan mendunia.