Emas

Harga Emas Dunia Naik ke Rp2,26 Juta, Ini Proyeksinya

Harga Emas Dunia Naik ke Rp2,26 Juta, Ini Proyeksinya
Harga Emas Dunia Naik ke Rp2,26 Juta, Ini Proyeksinya

JAKARTA - Harga emas dunia kembali mencatatkan penguatan pada perdagangan pagi ini, Senin 20 Oktober 2025, di tengah optimisme pasar terhadap kebijakan moneter global yang lebih longgar.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot naik 0,27% atau 11,38 poin ke level US$4.263,19 per troy ounce, setara Rp2,26 juta per gram pada pukul 09.41 WIB.

Sementara itu, emas berjangka Comex AS untuk kontrak Desember 2025 menguat 1,59% ke level US$4.280,4 per troy ounce, atau sekitar Rp2,27 juta per gram.

Kenaikan harga ini memperpanjang tren positif logam mulia yang telah berlangsung selama sembilan pekan berturut-turut. Dalam sepekan terakhir saja, harga emas tercatat melonjak lebih dari 5%.

Analis: Tren Bullish Masih Kuat, Koreksi Jadi Peluang

Analis Dupoin Futures Indonesia, Wisnu Dewojati, menjelaskan bahwa pergerakan emas global masih menunjukkan bias bullish yang sehat dengan peluang penguatan lanjutan.
“Secara teknikal, emas masih menunjukkan bias bullish yang sehat dengan peluang penguatan menuju area krusial di US$4.350,” jelas Wisnu dalam risetnya.

Menurutnya, pola harga emas saat ini berada di dekat area Fibonacci retracement 23,6%, yang menjadi batas penting untuk potensi konsolidasi jangka pendek.
Apabila terjadi koreksi ringan, area US$4.186 akan menjadi titik kunci penentu arah tren berikutnya.

Potensi Arah Gerak: Koreksi Ringan, Tren Naik Belum Selesai

Secara teknikal, grafik harian emas masih memperlihatkan pola higher high – higher low, menandakan tren kenaikan belum berakhir.
Selama harga tetap bertahan di atas US$4.186, potensi penguatan menuju US$4.350 – US$4.375 masih terbuka lebar.

Namun, jika harga menembus ke bawah level tersebut, koreksi jangka pendek ke kisaran US$4.100 – US$4.050 dapat terjadi.
Meski demikian, Wisnu menegaskan bahwa koreksi yang mungkin muncul bukan tanda pembalikan arah tren, melainkan peluang untuk re-entry bagi investor yang menunggu momentum beli.

“Fase koreksi saat ini sebaiknya tidak dianggap sebagai pembalikan arah tren, melainkan sebagai kesempatan re-entry bagi pelaku pasar yang menunggu momentum beli,” ujarnya.

Faktor Pendorong: Geopolitik dan Kebijakan Moneter Global

Selain faktor teknikal, dynamics geopolitik dan kebijakan bank sentral global masih menjadi penentu utama arah harga emas.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, logam mulia sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High) di atas US$4.375 per troy ounce, sebelum terkoreksi ringan akibat sentimen positif di pasar saham global.

Tekanan jual muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan sinyal potensi pelonggaran hubungan dagang dengan China.

Dalam wawancara bersama Fox Business, Trump mengatakan bahwa tarif tinggi terhadap produk impor China “tidak akan berkelanjutan”, serta mengonfirmasi rencana pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan dua minggu mendatang.

Komentar Trump memicu peningkatan minat terhadap aset berisiko seperti saham, sehingga terjadi pergeseran sementara dari aset safe haven seperti emas.

The Fed Masih Dovish, Dukung Penguatan Harga Emas

Meski terjadi fluktuasi singkat akibat faktor geopolitik, momentum bullish emas secara keseluruhan masih kuat.
Ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter longgar The Federal Reserve (The Fed) menjadi faktor pendorong utama reli harga emas dalam dua bulan terakhir.

Para pelaku pasar memperkirakan bahwa The Fed masih akan memangkas suku bunga pada pertemuan Oktober ini, seiring dengan menurunnya inflasi dan melambatnya pertumbuhan sektor tenaga kerja AS.

Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menegaskan bahwa kebijakan suku bunga akan ditentukan “pertemuan demi pertemuan” berdasarkan data ekonomi terbaru.

Nada dovish ini memperkuat keyakinan bahwa siklus pelonggaran moneter belum berakhir, yang membuat investor kembali memburu emas sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi.

Momentum Penguatan Emas Bisa Berlanjut

Dengan kombinasi ketidakpastian global, kebijakan moneter longgar, dan permintaan safe haven yang tinggi, harga emas berpotensi melanjutkan penguatannya dalam jangka menengah.

Wisnu menilai, level US$4.350 – US$4.375 akan menjadi area penting yang menentukan keberlanjutan tren positif ini.

Jika harga mampu menembus kisaran tersebut, bukan tidak mungkin emas akan kembali mencetak rekor baru di atas US$4.400 per troy ounce dalam waktu dekat. 

Sebaliknya, apabila sentimen global membaik terlalu cepat, investor perlu mewaspadai koreksi teknikal sementara sebelum tren naik berlanjut.

Harga emas yang kini berada di kisaran Rp2,26 juta per gram menunjukkan bahwa logam mulia masih menjadi instrumen favorit investor di tengah kondisi global yang belum stabil.

Kombinasi antara kebijakan dovish The Fed, ketegangan geopolitik yang fluktuatif, serta permintaan tinggi dari investor institusional, menjadikan emas tetap solid sebagai aset lindung nilai.

Dengan tren bullish yang masih terjaga dan peluang koreksi yang bisa dimanfaatkan untuk masuk kembali, para pelaku pasar disarankan tetap memantau level US$4.186 dan US$4.350 sebagai acuan utama pergerakan emas dalam waktu dekat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index