JAKARTA - Merawat diri melalui rutinitas kecantikan bisa menjadi bentuk self-care yang sehat. Namun, psikolog klinis Karina Negara, M.Psi., menegaskan bahwa ada batasan yang perlu diperhatikan.
Ketika rutinitas tersebut sudah mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, itu menandakan adanya obsesi.
“Tanda-tanda orang sudah terobsesi banget sama rutinitas kecantikannya sebenarnya kalau tanpa produk kecantikan tertentu, dia enggak bisa berfungsi,” ujar Karina, yang juga co-founder platform konseling KALM, dalam talkshow bertajuk Beauty That Moves di Jakarta.
Obsesi vs Self-Care
Self-care adalah perawatan diri yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental. Rutinitas ini membantu menurunkan stres dan membuat seseorang merasa lebih baik secara emosional.
Namun, perbedaan mendasar antara self-care yang sehat dan obsesi terlihat dari sejauh mana rutinitas itu mengganggu fungsi harian seseorang.
Jika seseorang tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari—seperti bekerja, kuliah, atau mengurus rumah tangga—meski tidak menggunakan salah satu produk kecantikan, maka rutinitas itu masih dalam batas wajar.
Sebaliknya, jika ketidaktersediaan produk tertentu membuat mereka tidak bisa beraktivitas normal, rutinitas tersebut sudah berlebihan.
Dampak Terhadap Fungsi Sehari-hari
Karina menjelaskan, salah satu indikator obsesi adalah gangguan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, seorang mahasiswa yang menunda atau melewatkan kuliah karena merasa harus memakai produk kecantikan tertentu, atau ibu rumah tangga yang mengalihkan anggaran kebutuhan primer untuk membeli skincare atau kosmetik terbaru.
“Kita cek fungsional dia sehari-hari seperti apa, misalnya mereka sampai jadi kuliah karena terobsesi, atau uang yang seharusnya dipakai untuk kebutuhan primer malah dialihkan ke kebutuhan yang enggak primer,” jelas Karina.
Obsesi ini berbeda dengan sekadar menjaga penampilan. Pada orang yang terobsesi, ketidakmampuan untuk menggunakan produk tertentu bisa menimbulkan stres berlebihan, kecemasan, atau bahkan ketidakmampuan untuk melakukan rutinitas harian.
Ciri-Ciri Obsesi Terhadap Kecantikan
Beberapa tanda seseorang sudah terlalu terikat dengan rutinitas kecantikan, menurut Karina:
Ketergantungan pada produk tertentu
Orang yang terobsesi merasa tidak bisa berfungsi tanpa menggunakan produk kecantikan favoritnya.
Gangguan aktivitas normal
Aktivitas sehari-hari, seperti kuliah, bekerja, atau mengurus rumah tangga, menjadi terganggu karena fokus berlebihan pada rutinitas kecantikan.
Prioritas keuangan yang tidak seimbang
Anggaran untuk kebutuhan penting sering dialihkan untuk membeli produk kecantikan, sehingga memengaruhi stabilitas finansial.
Tekanan emosional
Ketidaktersediaan produk tertentu bisa memicu perasaan cemas, gelisah, atau frustasi yang berlebihan.
Cara Menikmati Rutinitas Kecantikan dengan Sehat
Karina menekankan bahwa rutinitas kecantikan seharusnya tetap menyenangkan dan tidak menimbulkan tekanan.
“Tanpa ini (produk kecantikan), kalau normal masih bisa berfungsi. Tapi kalau sudah terobsesi, kalau mereka enggak beli atau pakai produk kecantikan, mereka tidak berfungsi,” pungkasnya.
Untuk menjaga keseimbangan, beberapa hal bisa dilakukan:
Tetapkan prioritas: Utamakan kebutuhan primer dan fungsi harian sebelum membeli produk tambahan.
Fleksibel dengan rutinitas: Sadarilah bahwa melewatkan satu langkah dalam rutinitas tidak akan merusak penampilan atau kesehatan kulit secara signifikan.
Nikmati proses: Lakukan perawatan sebagai bentuk self-care, bukan sebagai kewajiban atau tekanan untuk selalu sempurna.
Pantau dampak emosional: Perhatikan jika rutinitas mulai menimbulkan stres, cemas, atau perasaan tidak nyaman saat tidak bisa menggunakannya.
Rutinitas kecantikan adalah bagian dari self-care yang sehat bila dilakukan dengan seimbang. Namun, ketika rutinitas tersebut membuat seseorang tidak bisa berfungsi tanpa produk tertentu, itu bukan lagi perawatan diri, melainkan obsesi.
Mengetahui tanda-tanda obsesi dapat membantu individu atau orang di sekitarnya untuk menilai batas sehat dalam merawat diri. Rutinitas kecantikan seharusnya memberi kenyamanan dan meningkatkan kepercayaan diri, bukan menjadi sumber stres atau gangguan fungsi sehari-hari.
Menikmati proses perawatan diri secara sehat, dengan fleksibilitas dan tanpa tekanan untuk selalu sempurna, menjadi kunci agar rutinitas kecantikan tetap positif bagi fisik maupun mental.