Investasi

Strategi Investasi Efektif untuk Lindungi Portofolio dari Volatilitas Tinggi

Strategi Investasi Efektif untuk Lindungi Portofolio dari Volatilitas Tinggi
Strategi Investasi Efektif untuk Lindungi Portofolio dari Volatilitas Tinggi

JAKARTA - Memasuki kuartal IV-2025, ketidakpastian pasar global menuntut investor menyeimbangkan optimisme dengan kehati-hatian. 

Meskipun arus modal masuk ke aset berisiko terus meningkat, langkah strategis menjadi kunci untuk melindungi portofolio dari potensi koreksi besar.

Pasar Global di Tengah Ketidakpastian

Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook, menilai pasar saat ini berada pada fase rentan. Euforia investor terhadap saham-saham teknologi, emas, dan aset kripto harus diimbangi dengan kesadaran terhadap valuasi yang semakin mahal. 

Sejak awal tahun, pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed mendorong lonjakan harga aset berisiko, tetapi pertumbuhan ini tidak selalu didukung fundamental yang stabil.

Fook mencatat bahwa pasar kini berada di bawah bayang-bayang dua kekuatan besar: suku bunga rendah yang mendorong aliran modal ke aset berisiko dan kekhawatiran fiskal Amerika Serikat. 

Defisit fiskal yang membesar menimbulkan fenomena fiscal dominance, di mana kebutuhan fiskal dapat mempengaruhi keputusan bank sentral. Hal ini membuat kondisi makroekonomi global tetap kompleks dan menuntut strategi investasi yang lebih selektif.

Risiko Utama yang Mengintai

Meski optimisme pasar masih ada, Fook mengingatkan bahwa reli aset berisiko berdiri di atas fondasi rapuh. 

Tiga risiko utama membayangi pasar saat ini: konsentrasi tinggi pada saham teknologi besar yang kini menyumbang 38% kapitalisasi S&P 500, valuasi yang mendekati level ekstrem, dan perlambatan pertumbuhan laba di sektor non-teknologi akibat tekanan tarif serta margin yang menyempit.

“Investasi besar di bidang AI mungkin tidak memberikan hasil sesuai ekspektasi, sehingga berpotensi memicu koreksi pasar,” kata Fook. Fenomena ini menuntut investor untuk tidak semata-mata mengejar pertumbuhan jangka pendek, melainkan mempertimbangkan proteksi portofolio sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

Strategi Diversifikasi yang Direkomendasikan

DBS menekankan pentingnya strategi seimbang antara peluang dan proteksi. Investor disarankan memanfaatkan rally pasar dengan tetap melindungi sisi bawah portofolio melalui diversifikasi. 

Obligasi, terutama obligasi korporasi berkualitas A/BBB, menawarkan imbal hasil menarik dan menjadi aset defensif di tengah ketidakpastian fiskal dan tekanan inflasi.

Sementara itu, saham teknologi AS dan bursa Asia non-Jepang tetap menjadi fokus, didorong pelemahan dolar AS dan potensi pelonggaran moneter regional. Di sisi lain, saham Eropa dan Jepang direkomendasikan netral hingga underweight karena tekanan margin dan penguatan mata uang lokal. 

Diversifikasi tambahan pada aset riil dan alternatif, termasuk infrastruktur privat, emas, serta hedge fund, juga menjadi strategi penting untuk menyeimbangkan risiko dan stabilitas portofolio.

Prospek Aset Alternatif dan Emas

Aset riil dan alternatif semakin relevan sebagai pelindung nilai terhadap inflasi. DBS memperkirakan harga emas dapat mencapai US$ 4.450 per ons troi pada paruh pertama 2026, naik signifikan dari level saat ini. 

Selain emas, hedge fund dan private equity memberikan stabilitas portofolio jangka panjang, karena mampu mengungguli strategi portofolio tradisional dalam kondisi pasar yang tidak pasti.

Fook menekankan bahwa kombinasi investasi di obligasi, saham teknologi, aset riil, dan alternatif dapat menciptakan portofolio yang lebih resilient. Dengan pendekatan strategis ini, investor tetap bisa memanfaatkan peluang pertumbuhan sambil meminimalkan risiko di tengah volatilitas global yang tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index