Batu Bara

Penurunan Harga Batu Bara Dorong Transisi Menuju Energi Bersih Global

Penurunan Harga Batu Bara Dorong Transisi Menuju Energi Bersih Global
Penurunan Harga Batu Bara Dorong Transisi Menuju Energi Bersih Global

JAKARTA - Harga batu bara global kembali mencatat penurunan, menandai level terendah dalam hampir tiga pekan terakhir. 

Pada perdagangan Senin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak bulan mendatang ditutup di US$ 104,4 per ton, turun 0,14 persen dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya. .

Penurunan ini sekaligus menegaskan tren pelemahan sepanjang 2025, di mana harga komoditas ini anjlok sekitar 16,65 persen secara point-to-point.

Faktor utama di balik pelemahan ini adalah pasokan yang melimpah serta kesadaran global yang semakin tinggi terhadap pelestarian lingkungan. Energi baru dan terbarukan kini menjadi alternatif utama dalam penyediaan listrik, sehingga permintaan batu bara terus menurun. 

Tren ini menimbulkan tekanan bagi produsen batu bara di pasar internasional yang harus menyesuaikan strategi bisnis mereka.

Energi Terbarukan Mulai Dominasi Pasokan Listrik

Data dari lembaga riset Ember menunjukkan bahwa pada paruh pertama 2025, produksi listrik global dari energi terbarukan mencapai 5.072 terawatt hour (TWh), melampaui pembangkitan listrik berbasis batu bara yang sebesar 4.896 TWh. 

Peristiwa ini menjadi sejarah, menandai pertama kalinya energi bersih berhasil menyalip batu bara dalam pemenuhan kebutuhan listrik dunia.

Malgorzata Wiatros-Myotka, Senior Electricity Analyst di Ember, menegaskan bahwa ini merupakan titik balik penting. “Matahari dan angin kini tumbuh cepat untuk memenuhi permintaan listrik global,” ujarnya.

Kenaikan kapasitas energi surya dan angin masing-masing tercatat 306 TWh dan 97 TWh, seiring permintaan listrik dunia tumbuh 2,6 persen atau 369 TWh dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kondisi ini menunjukkan bahwa transisi energi global semakin nyata. Ketergantungan pada batu bara sebagai sumber listrik utama berangsur berkurang, sekaligus mendorong negara-negara produsen batu bara untuk beradaptasi dengan lanskap energi baru yang lebih bersih.

Analisis Teknis Harga Batu Bara

Secara teknikal, harga batu bara masih berada dalam tren bearish meskipun ada peluang pemulihan terbatas. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di angka 44, di bawah level netral 50, menandakan tekanan jual masih dominan. 

Namun, Stochastic RSI menunjukkan nilai 13, berada di bawah 20, yang mengindikasikan kondisi oversold atau jenuh jual.

Dengan kondisi ini, terdapat peluang bagi harga batu bara untuk rebound dalam jangka pendek. Target resisten diperkirakan berada di kisaran US$ 105–108 per ton, sementara support terdekat berada di level US$ 99–88 per ton. 

Analisis ini membantu pelaku pasar untuk mengantisipasi pergerakan harga harian dan menyesuaikan strategi perdagangan mereka.

Tantangan dan Peluang bagi Industri Batu Bara

Penurunan harga batu bara menjadi tantangan tersendiri bagi industri, terutama di tengah pergeseran global menuju energi bersih. Produsen harus menghadapi tekanan dari sisi permintaan yang menurun serta kompetisi dari energi terbarukan yang semakin efisien.

Namun, kondisi ini juga membuka peluang bagi inovasi dan diversifikasi bisnis. Misalnya, produsen dapat meningkatkan efisiensi produksi, menyesuaikan kontrak ekspor, atau mulai berinvestasi dalam energi bersih sebagai strategi jangka panjang.

 Dengan adaptasi yang tepat, industri batu bara tetap bisa bertahan sekaligus ikut serta dalam transisi energi global.

Di sisi lain, pemerintah dan investor perlu memperhatikan perubahan permintaan ini, agar kebijakan energi nasional dan strategi investasi dapat selaras dengan tren dunia. Pemantauan pasar yang terus-menerus menjadi kunci untuk mengantisipasi fluktuasi harga dan memanfaatkan momentum bagi pertumbuhan sektor energi secara berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index