Lelang

Meteorit Mars Terbesar di Dunia Laku Rp88 Miliar di Lelang

Meteorit Mars Terbesar di Dunia Laku Rp88 Miliar di Lelang
Meteorit Mars Terbesar di Dunia Laku Rp88 Miliar di Lelang

JAKARTA - Sebuah batu luar angkasa langka yang berasal dari Mars mencetak sejarah baru dalam dunia pelelangan. Meteorit raksasa bernama NWA 16788, yang menjadi pecahan Mars terbesar yang pernah ditemukan di Bumi, terjual seharga USD5,3 juta atau sekitar Rp88 miliar kepada seorang penawar anonim dalam lelang yang digelar Sotheby’s New York pada Rabu 8 Oktober 2025.

Balai lelang bergengsi tersebut menyebut NWA 16788 sebagai “spesimen monumental” yang menandai salah satu temuan paling penting dalam studi meteorit modern. 

Dengan berat 24,5 kilogram (sekitar 54 pon), batu ini jauh melampaui ukuran kebanyakan meteorit Mars lainnya yang biasanya hanya seukuran genggaman tangan.

Menurut keterangan Sotheby’s, meteorit ini ditemukan pada November 2023 di wilayah terpencil Agadez, Niger, dan ukurannya sekitar 70% lebih besar dibandingkan fragmen Mars terbesar kedua yang pernah tercatat.

Kisah Perjalanan Luar Angkasa yang Mengagumkan

Meteorit Mars termasuk objek langka—hanya sekitar 400 buah yang pernah ditemukan di Bumi. Setiap satu di antaranya menyimpan kisah tentang kekuatan luar biasa di ruang angkasa

. Analisis terhadap NWA 16788 menunjukkan bahwa batu ini kemungkinan besar berasal dari permukaan Mars yang terlontar akibat tumbukan asteroid besar jutaan tahun lalu.

Tumbukan tersebut begitu kuat hingga sebagian material berubah menjadi kaca. Jejaknya masih terlihat di permukaan meteorit, dengan lapisan kaca tipis yang terbentuk saat batu itu melesat menembus atmosfer Bumi. 

Lapisan ini menjadi bukti perjalanan panjang yang ditempuh meteorit sebelum akhirnya mendarat di planet kita.

“NWA 16788 adalah penemuan yang sangat penting — meteorit Mars terbesar yang pernah ditemukan di Bumi, dan yang paling berharga dari jenisnya yang pernah ditawarkan di pelelangan,” ujar Cassandra Hatton, Wakil Ketua Bidang Sains dan Sejarah Alam di Sotheby’s, dalam pernyataannya.

Ia menambahkan, “Terkikis oleh perjalanannya melintasi ruang dan waktu, ukurannya yang sangat besar dan warna merahnya yang khas menjadikannya penemuan langka. Meteorit luar biasa ini memberikan hubungan nyata dengan planet merah — tetangga langit kita yang telah lama memikat imajinasi manusia.”

Antara Nilai Ilmiah dan Komersial

Keputusan untuk menjual meteorit langka ini dalam lelang komersial memunculkan perdebatan di kalangan ilmuwan. Bagi sebagian peneliti, benda seperti ini seharusnya disimpan di museum atau lembaga riset agar dapat dipelajari secara mendalam dan diakses publik.

“Akan sangat disayangkan jika meteorit itu lenyap begitu saja ke dalam brankas seorang oligarki. Seharusnya meteorit itu berada di museum, tempat ia dapat dipelajari dan dinikmati oleh anak-anak, keluarga, dan masyarakat umum,” kata Steve Brusatte, profesor paleontologi dan evolusi di Universitas Edinburgh, dalam wawancaranya dengan CNN sebelum pelelangan.

Pandangan Brusatte mencerminkan kekhawatiran bahwa banyak artefak ilmiah berharga berakhir di tangan kolektor pribadi dan hilang dari dunia akademik.

Pasar Meteorit: Tantangan dan Manfaat

Namun, tak semua ilmuwan sependapat. Bagi Julia Cartwright, ilmuwan planet dan peneliti di Institute for Space/School of Physics & Astronomy, Universitas Leicester, keberadaan pasar meteorit justru memainkan peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

“Jika tidak ada pasar untuk mencari, mengumpulkan, dan menjual meteorit, koleksi kita tidak akan sebanyak ini — dan inilah yang mendorong sains,” ujarnya kepada CNN pada 9 Juli. Ia menggambarkan adanya ‘hubungan simbiosis’ antara peneliti dan kolektor.

Menurut Cartwright, para kolektor kerap menjadi pihak pertama yang menemukan meteorit di lapangan, lalu menjualnya atau meminjamkannya kepada lembaga penelitian. Tanpa peran mereka, banyak spesimen langka mungkin tak akan pernah ditemukan.

“Jika sampel tidak ditemukan, kita tidak akan memiliki banyak hal untuk dipelajari, sehingga tidak akan tahu sebanyak yang kita miliki,” tambahnya.

Nasib Meteorit dan Harapan dari Dunia Sains

Meski pembeli NWA 16788 masih dirahasiakan, Cartwright yakin bahwa nilai ilmiah dari batu luar angkasa itu akan tetap terjaga. 

Ia menuturkan bahwa sampel referensi meteorit tersebut telah disimpan di Observatorium Gunung Ungu di China, sehingga para ilmuwan masih dapat melakukan penelitian.

“Meskipun kita tidak tahu di mana meteorit itu akan berakhir, minat ilmiahnya akan tetap ada, dan pemilik barunya mungkin sangat tertarik untuk belajar darinya, jadi kita mungkin masih dapat mengumpulkan banyak ilmu pengetahuan darinya,” ujarnya optimistis.

Batu Antariksa yang Menginspirasi Imajinasi

Penjualan meteorit Mars ini bukan yang pertama kali menarik perhatian publik. Sebelumnya, pada Februari 2021, sebuah meteorit Mars yang berisi atmosfer planet merah di dalamnya juga dilelang oleh Christie’s dan terjual dengan harga USD200.000, jauh di atas perkiraan pra-lelang sebesar USD30.000–50.000.

Namun, nilai NWA 16788 jauh melampaui semua rekor sebelumnya—bukan hanya karena ukurannya yang monumental, tetapi juga karena keindahan dan sejarah yang terkandung di dalamnya.

 Batu ini seakan menjadi jembatan nyata antara manusia di Bumi dan planet merah yang selama ini hanya bisa dijangkau lewat imajinasi dan wahana antariksa.

Bagi sebagian orang, memiliki meteorit Mars berarti memiliki bagian kecil dari alam semesta. Namun bagi dunia sains, setiap potongan batu seperti NWA 16788 adalah fragmen pengetahuan — saksi bisu tentang sejarah tata surya, tentang bagaimana planet, asteroid, dan kehidupan itu sendiri terbentuk.

Dengan harga Rp88 miliar, meteorit ini mungkin telah berpindah tangan, tetapi maknanya bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia akan terus abadi — sebagai pengingat bahwa kita semua, pada akhirnya, terbuat dari debu bintang yang sama.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index