Emas

Arus Dana Jumbo ke ETF Jadi Motor Reli Harga Emas

Arus Dana Jumbo ke ETF Jadi Motor Reli Harga Emas
Arus Dana Jumbo ke ETF Jadi Motor Reli Harga Emas

JAKARTA - Reli harga emas dunia yang berhasil menembus level psikologis US$4.000 per troy ounce semakin menegaskan pergeseran besar dalam preferensi investor global. 

Pemicunya bukan hanya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, melainkan juga derasnya arus dana ke exchange-traded funds (ETF) emas yang kini mencapai rekor baru.

Pada Rabu 8 Oktober 2025, harga emas di pasar spot kembali menguat hingga menyentuh US$3.990,85 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka pengiriman Desember di AS menembus level psikologis US$4.000 per ounce.

 Lonjakan ini tidak bisa dilepaskan dari tren masuknya dana jumbo ke ETF emas yang kian dianggap sebagai sarana lindung nilai modern.

Inflow Jumbo ke ETF Emas

Data dari State Street Investment Management menunjukkan, arus dana masuk ke ETF emas di Amerika Serikat, termasuk produk andalan SPDR Gold Shares, telah menembus US$35 miliar hingga akhir September 2025. Angka ini melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2020 yang hanya US$29 miliar.

Secara global, World Gold Council (WGC) mencatat inflow ETF emas mencapai US$64 miliar sejak awal tahun, dengan rekor bulanan US$17,3 miliar hanya pada September. Tren ini berbalik arah dari empat tahun terakhir, di mana ETF emas justru mengalami outflow bersih sebesar US$23 miliar.

Ketidakpastian Jadi Pemicu

Lonjakan minat investor terhadap emas tidak lepas dari kekhawatiran mengenai valuasi saham yang dinilai terlalu tinggi serta ketidakpastian kebijakan ekonomi global. Data LSEG bahkan menunjukkan harga emas sudah melonjak 51% sepanjang 2025, menjadi kenaikan tahunan terbesar sejak 1979.

“Minat investor institusi baru saja dimulai,” ujar Roukaya Ibrahim, ahli strategi komoditas di BCA Research. Ia menambahkan bahwa porsi aset global yang ditempatkan di ETF emas kini mencapai 2,6%, naik dari 1,9% setahun lalu.

Menurut Roukaya, intensitas perhatian investor terhadap emas belum pernah sebesar ini. “Klien bisa menelpon hingga 90 menit hanya untuk membicarakan pergerakan pasar,” imbuhnya.

Emas Jadi Benteng Ketidakpastian

Analis menilai, emas kembali tampil sebagai aset yang mampu mempertahankan nilai di tengah gejolak kebijakan ekonomi dan tensi geopolitik. Bahkan, emas kini dipandang sebagai perlindungan atas risiko kegagalan boom teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI).

“Emas kini menjadi lindung nilai terhadap risiko kegagalan boom teknologi AI dan implikasi kebijakan jika terjadi crash,” jelas Thierry Wizman, ahli strategi global FX dan suku bunga di Macquarie Group.

Aset Tandem dengan Bitcoin

Fenomena menarik lain adalah posisi emas yang kini kerap dibandingkan dengan Bitcoin. Menurut David Schlesser, Kepala Solusi Multi-Asset di VanEck, keduanya sama-sama diperlakukan sebagai penyimpan nilai alternatif.

“Keduanya sama-sama aset terdesentralisasi yang tidak terkait dengan pemerintah,” ujarnya.

Namun Schlesser menekankan, volatilitas tetap akan hadir dalam reli emas. 

“Tidak ada aset yang bergerak lurus naik. Volatilitas justru memberi peluang masuk saat harga terkoreksi,” tambahnya. Ia bahkan memproyeksikan harga emas bisa menembus US$5.000 per ounce pada 2026 dan menyarankan investor mengalokasikan minimal 5% portofolio ke emas.

Dukungan dari Lembaga Keuangan Besar

Optimisme terhadap emas juga diperkuat oleh proyeksi lembaga keuangan global. Goldman Sachs misalnya, memperkirakan kepemilikan ETF emas di Amerika Utara dan Eropa masih akan meningkat seiring dengan rencana The Federal Reserve memangkas suku bunga hingga 2026.

Sementara itu, Mike Wilson, Chief Investment Officer Morgan Stanley, menyarankan porsi emas dalam portofolio bisa mencapai 20%, terutama sebagai lindung nilai inflasi yang tangguh.

Komentar dari lembaga besar ini membuat arus masuk investor ke emas semakin deras. “Ketika nama besar seperti Morgan Stanley bilang investor belum cukup punya emas, tidak heran arus masuk melonjak, baik ke ETF maupun emas fisik,” kata Adrian Ash, Kepala Riset BullionVault.

Kesimpulan

Reli harga emas ke atas US$4.000 per ounce bukan sekadar cerita tentang ketidakpastian global, melainkan cerminan transformasi besar di pasar investasi.

 ETF emas kini berfungsi sebagai motor utama reli, menyalurkan aliran dana jumbo yang membuat harga logam mulia ini menanjak ke level tertinggi sepanjang sejarah.

Dengan ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga, tensi geopolitik masih tinggi, dan valuasi pasar saham terus jadi bahan perdebatan, arus dana ke emas diyakini belum akan berhenti. 

Bagi investor global, emas kini bukan hanya sekadar safe haven klasik, melainkan instrumen strategis yang mampu menjaga keseimbangan portofolio di era ketidakpastian.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index