Perbandingan Soda Rendah Gula untuk Kesehatan Tubuh

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:26:11 WIB
Perbandingan Soda Rendah Gula untuk Kesehatan Tubuh

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, minuman bersoda rendah kalori semakin sering dipilih oleh masyarakat yang ingin mengurangi asupan gula tanpa harus meninggalkan sensasi soda sepenuhnya. Dua produk yang paling banyak dibandingkan adalah diet soda dan soda tanpa gula (zero sugar). Keduanya terlihat mirip dari segi kemasan maupun klaim “lebih sehat” dibanding soda biasa. 

Namun banyak yang belum memahami perbedaan keduanya serta bagaimana dampaknya bagi kesehatan dalam jangka panjang. Fenomena ini kemudian mendorong diskusi baru tentang seberapa aman kedua jenis soda tersebut jika dikonsumsi secara rutin.

Keberadaan dua kategori minuman ini juga membuat sebagian orang berasumsi bahwa diet soda dan soda tanpa gula bisa menjadi solusi aman bagi mereka yang sedang menjalani pola hidup sehat. 

Padahal, meskipun tidak mengandung gula tambahan, beberapa penelitian menunjukkan keduanya tetap memiliki risiko bagi tubuh. Informasi ini penting diketahui agar masyarakat tidak salah dalam menilai produk yang tampak seolah lebih aman, tetapi tetap memiliki potensi dampak metabolik.

Dilansir dari laman Verywell Health, diet soda dan soda tanpa gula pada dasarnya memiliki kesamaan mendasar. Keduanya dibuat dengan mengganti gula menggunakan pemanis buatan seperti aspartam, sukralosa, atau asesulfam-K. 

Diet soda merupakan varian yang muncul lebih awal sebagai alternatif rendah kalori bagi pecinta soda, sementara soda tanpa gula hadir belakangan dengan klaim rasa yang lebih mendekati versi original. Kandungan gula dan kalorinya hampir identik, yaitu sangat rendah atau bahkan nol. Hal ini membuat keduanya menjadi pilihan populer bagi orang yang ingin mengurangi konsumsi gula.

Pengaruh Pemanis Buatan terhadap Metabolisme Tubuh

Walaupun tidak memiliki kandungan gula, bukan berarti kedua minuman ini sepenuhnya bebas risiko. Beberapa penelitian menunjukkan pemanis buatan dapat memberikan pengaruh terhadap metabolisme tubuh bila dikonsumsi secara rutin. Respons insulin dan regulasi gula darah dapat terganggu dalam jangka panjang akibat konsumsi pemanis buatan tertentu.

Beberapa studi menemukan bahwa konsumsi rutin pemanis buatan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Hal ini terjadi bukan karena kadar gula naik secara langsung, tetapi karena perubahan respons metabolik yang dipicu oleh bahan tambahan tersebut. 

Penelitian mengenai mekanisme ini masih berkembang, namun temuan awal menunjukkan bahwa meski tidak menyebabkan lonjakan gula darah instan, konsumsi harian pemanis buatan tetap harus dibatasi.

Dengan demikian, baik diet soda maupun soda tanpa gula tidak sepenuhnya dapat dikatakan aman. Keduanya memang tidak memberikan beban kalori dan gula yang besar, tetapi tetap memiliki potensi risiko jika dikonsumsi setiap hari. Mengandalkan kedua minuman ini sebagai pengganti hidrasi utama bukanlah pilihan yang dianjurkan.

Dampak terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Kebutuhan untuk membatasi konsumsi juga terkait dengan risiko kerusakan gigi. Baik diet soda maupun soda tanpa gula tetap bersifat asam. Kandungan asam fosfat atau asam sitrat di dalamnya dapat menurunkan pH mulut dan mengikis enamel gigi secara bertahap. Enamel yang melemah dapat membuat gigi lebih sensitif, mudah terkikis, bahkan berisiko mengalami kerusakan meskipun minumannya tidak mengandung gula.

Meski kedua produk ini tidak menyebabkan gigi berlubang akibat gula, sifat asam tetap menjadi faktor risiko. Orang yang sering meminumnya dapat mengalami penipisan enamel lebih cepat dibanding mereka yang menghindari minuman bersoda. Selain itu, kebiasaan menyeruput soda sepanjang hari atau menahannya di dalam mulut juga dapat memperparah kerusakan.

Karena alasan inilah, dokter gigi biasanya menyarankan agar konsumsi minuman bersoda rendah kalori tetap dibatasi. Mengonsumsi air putih setelah minum soda, menggunakan sedotan, dan tidak langsung menyikat gigi setelahnya adalah beberapa cara untuk meminimalkan dampaknya, namun tindakan pencegahan tetap tidak menghilangkan potensi risiko sepenuhnya.

Kaitannya dengan Kesehatan Jantung dalam Jangka Panjang

Selain metabolisme dan kesehatan gigi, efek terhadap kesehatan jantung juga menjadi perhatian. Beberapa penelitian mengaitkan konsumsi minuman bersoda rendah kalori dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi dan gangguan irama jantung.

 Meski penyebab pasti masih diteliti, dugaan sementara menunjukkan bahwa pemanis buatan berpotensi memengaruhi peradangan dalam tubuh, fungsi pembuluh darah, serta keseimbangan elektrolit.

Hingga kini, belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa soda tanpa gula lebih aman bagi jantung dibanding diet soda. Keduanya memiliki komposisi pemanis buatan yang mirip, sehingga potensi risikonya pun terlihat tidak jauh berbeda. Maka, memandang salah satu lebih aman dibanding lainnya belum dapat didukung oleh data ilmiah yang solid.

Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memahami bagaimana konsumsi jangka panjang kedua jenis minuman ini memengaruhi kesehatan kardiovaskular. Namun rekomendasi umum tetap sama: mengonsumsi minuman bersoda, termasuk yang rendah kalori, sebaiknya dilakukan dengan batasan jelas dan tidak menjadi kebiasaan harian.

Terkini

6 Tips Menyimpan Bumbu Tabur Agar Tetap Awet

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:26:44 WIB

12 Lontong Balap Surabaya: Wisata Kuliner Penuh Cita Rasa

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:26:37 WIB

6 Tanaman Herbal Efektif Atasi Keluhan Asam Urat Alami

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:26:23 WIB

Perbandingan Soda Rendah Gula untuk Kesehatan Tubuh

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:26:11 WIB