Pertahanan Diperkuat, Indonesia dan Kanada Perluas Pertukaran Pengalaman Militer Strategis

Kamis, 04 Desember 2025 | 09:31:44 WIB
Pertahanan Diperkuat, Indonesia dan Kanada Perluas Pertukaran Pengalaman Militer Strategis

JAKARTA - Upaya peningkatan kapasitas misi perdamaian kembali mendapatkan momentum baru melalui kesepakatan antara Indonesia dan Kanada untuk memperluas pertukaran pengalaman serta pelatihan militer. 

Dalam pertemuan bilateral yang berlangsung di Peace Support Training Center (PSTC) Kanada, kedua negara sepakat menjajaki pembentukan kerja sama trilateral bersama PBB guna menyatukan standar kurikulum pelatihan pasukan perdamaian. 

Kesepakatan ini diharapkan memberi ruang yang lebih luas bagi personel kedua negara untuk mengadopsi praktik terbaik dalam penyiapan pasukan.

Inisiatif tersebut menjadi langkah penting bagi Indonesia, terutama bagi Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI yang kini tengah memperkuat perannya di kawasan. 

Dengan memperluas keterlibatan dalam pelatihan internasional, PMPP berpeluang meningkatkan standar operasional sekaligus memperkaya pengalaman taktis yang dibutuhkan dalam misi PBB. 

Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai salah satu kontributor utama pasukan perdamaian dunia.

Duta Besar Indonesia untuk Kanada, Muhsin Syihab, menegaskan bahwa langkah penguatan kerja sama tersebut berasal dari kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas pelatihan pasukan perdamaian secara lebih komprehensif. 

Menurutnya, peningkatan kualitas personel, termasuk peacekeepers perempuan, merupakan bagian dari komitmen Indonesia terhadap agenda global Women, Peace and Security. Komitmen ini telah menjadi salah satu prioritas yang konsisten diusung Indonesia di berbagai forum internasional.

Arah Kolaborasi dan Upaya Standarisasi Pelatihan PBB

Dalam pembahasan bersama PSTC, kedua negara memberikan perhatian khusus terhadap peluang pembentukan program pelatihan bersama yang sejalan dengan resolusi penting Dewan Keamanan PBB. 

Resolusi 2538 yang diinisiasi Indonesia menekankan peran perempuan dalam operasi perdamaian, sehingga kerja sama Indonesia–Kanada sejalan dengan mandat tersebut. Isi resolusi itu menyoroti pentingnya integrasi perempuan dalam misi perdamaian agar operasi yang dijalankan lebih humanis dan responsif.

Dubes Muhsin menegaskan bahwa pelatihan dengan standar tinggi merupakan hal yang mutlak untuk memastikan kesiapan personel, terutama perempuan, dalam menghadapi tantangan di lokasi misi. 

Menurutnya, peningkatan kapasitas di bidang taktis dan karakter kepemimpinan menjadi hal penting agar kontribusi perempuan dalam misi PBB semakin efektif. Penyiapan yang baik diyakini akan memberikan dampak signifikan terhadap keberhasilan operasi dan kepercayaan masyarakat lokal di wilayah konflik.

Dalam kesepakatan itu, pembahasan mengenai standardisasi kurikulum pelatihan turut menjadi salah satu fokus utama yang mendorong kolaborasi jangka panjang. Dengan menyatukan metode, SOP, dan pendekatan latihan, kedua negara berharap bisa mendorong kompatibilitas pasukan dari berbagai latar belakang. 

Integrasi standardisasi ini juga membuka peluang peningkatan kerja sama teknis, termasuk pertukaran instruktur dan skema pelatihan berlapis.

Pandangan Kanada dan Komitmen Kerja Sama Berkelanjutan

Komandan PSTC, Letnan Kolonel P. Carl Chevalier, memberikan apresiasi besar terhadap kolaborasi ini dan menyebut kemitraan Indonesia–Kanada sebagai bentuk sinergi yang ideal. Ia menilai Indonesia membawa pengalaman operasional yang kuat berkat keterlibatan aktif TNI dalam berbagai misi perdamaian dunia. 

Di sisi lain, Kanada memiliki sistem pelatihan yang telah teruji dengan jaringan ahli berskala internasional. Kombinasi tersebut diyakini mampu menghasilkan pasukan perdamaian yang lebih efektif dan adaptif.

Letkol Chevalier juga menekankan pentingnya integrasi agenda Women, Peace and Security dalam kerja sama tersebut. Menurutnya, komitmen Indonesia terhadap isu tersebut menjadi modal penting dalam meningkatkan keberhasilan operasi. 

Dengan dukungan keahlian dari Kanada, pelatihan dapat dirancang untuk memaksimalkan kapasitas personel sekaligus memastikan bahwa nilai-nilai inklusivitas tetap menjadi bagian utama dari pelatihan.

Sebagai tindak lanjut, pihak PSTC telah merencanakan kunjungan balasan ke Indonesia pada semester pertama tahun berikutnya guna memperkuat koordinasi.

Kunjungan tersebut akan diarahkan untuk memperluas diskusi tentang potensi latihan gabungan, peningkatan pertukaran instruktur, dan eksplorasi metode pelatihan yang lebih interaktif. Hal ini juga menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk memperkuat hubungan militer secara berkelanjutan.

Kontribusi Personel TNI dan Pengembangan Kapasitas Ke Depan

Pusat Pelatihan Kanada selama ini telah menjadi destinasi penting bagi personel Indonesia yang mengikuti pelatihan di luar negeri. Lebih dari 700 personel TNI tercatat pernah menempuh pelatihan di PSTC maupun Canadian Defence Academy, menunjukkan intensitas hubungan militer kedua negara. 

Pengalaman yang didapat dari berbagai pelatihan internasional tersebut telah memberi dampak positif terhadap kualitas personel TNI di berbagai misi PBB.

Saat ini, dua personel TNI juga tengah menjalani pelatihan khusus di kompleks militer Fort Frontenac, Kingston. Keikutsertaan mereka merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk memperkuat kapasitas individu sebelum ditugaskan ke operasi lapangan. 

Pengalaman langsung di pusat pelatihan Kanada membuka wawasan baru yang dapat diterapkan saat kembali ke Indonesia, terutama dalam lingkup PMPP.

Dengan semakin intensifnya kerja sama bilateral ini, peluang Indonesia untuk menjadi pusat latihan yang diakui di kawasan semakin terbuka lebar. Optimalisasi fasilitas PMPP TNI, ditambah dukungan Kanada dan potensi kerja sama bersama PBB, dapat memperkuat posisi Indonesia dalam mencetak peacekeepers berkualitas tinggi.

Kerja sama ini menandai langkah penting menuju peningkatan standar global dan memperluas kontribusi Indonesia dalam misi perdamaian dunia.

Terkini