JAKARTA - Menjelang penghujung tahun, dunia perfilman Indonesia kembali menghadirkan karya horor yang digadang-gadang memiliki dimensi cerita lebih dalam dan relevan dengan kehidupan keluarga masa kini.
Menjelang penghujung tahun, dunia perfilman Indonesia kembali menghadirkan karya horor yang digadang-gadang memiliki dimensi cerita lebih dalam dan relevan dengan kehidupan keluarga masa kini.
Film Janur Ireng, yang akan tayang pada 24 Desember 2025, bukan hanya menjual ketegangan khas genre horor, tetapi juga menyisipkan narasi tentang pertikaian keluarga yang sering terjadi dalam kehidupan nyata.
Pendekatan ini memperlihatkan bagaimana kengerian tak selalu hadir dari makhluk gaib, tetapi bisa muncul dari ambisi, perebutan kepentingan, hingga dinamika keluarga yang retak.
Diangkat dari buku karya Khalid Kashogi, Janur Ireng menghadirkan deretan pemeran papan atas, antara lain Marthino Lio sebagai Sabdo, Ratu Rafa sebagai Intan, Tora Sudiro sebagai Arjo Kuncoro, Masayu Anastasia sebagai Lasmini, Rio Dewanto sebagai Sugik, dan Gisellma sebagai Della.
Deretan cast yang kuat ini menjadi modal penting untuk menghadirkan karakter-karakter dengan latar konflik yang kompleks dan emosional.
Film tersebut telah lebih dulu dipresentasikan di Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Market 2025 dan menerima sambutan hangat dari pengunjung.
Karya yang diproduksi MD Pictures ini ditegaskan sebagai film dengan kekuatan cerita dan tensi horor yang khas, apalagi disutradarai oleh Kimo Stamboel nama besar dalam perfilman horor tanah air yang dikenal lewat berbagai film horor yang menghadirkan atmosfer gelap dan intens.
Prekuel dari Sewu Dino dan Akar Konflik Ceritanya
Sutradara Kimo Stamboel menjelaskan bahwa Janur Ireng merupakan prekuel dari film Sewu Dino, salah satu horor populer sebelumnya.
Dengan demikian, film ini membawa penonton untuk menelusuri akar persoalan yang sudah menjadi fondasi dari alur besar semesta ceritanya.
Menurut Kimo, inti dari Janur Ireng berkisar pada konflik-konflik yang lazim terjadi dalam sebuah keluarga. Bukan sekadar konflik kecil, melainkan perebutan hal-hal yang dianggap penting dan bernilai, terutama harta. Nilai ini menjadi pemicu sekaligus pemicu tragedi yang membingkai kisah dalam film.
Dalam keterangannya di JAFF Market 2025 pada 30 November 2025, Kimo mengatakan, "Cerita konflik keluarga, ini merupakan sesuatu yang berbeda. Ada berbagai masalah kehidupan saling menjatuhkan. Beberapa keluarga rebutan berlomba untuk mengumpulkan harta."
Pernyataan ini menegaskan bahwa film tersebut bukan hanya menampilkan adegan-adegan menyeramkan, tetapi juga memotret sisi kelam manusia dan pertikaian yang kadang muncul dari anggota keluarga sendiri.
Pendekatan ini memberikan lapisan lain dalam storytelling yang membuat Janur Ireng lebih dari sekadar horor konvensional.
Proses Produksi dan Penjaringan Sensor yang Ketat
Proses panjang juga dilakukan untuk memastikan film ini dapat dinikmati secara luas dengan tetap memperhatikan standar sensor nasional.
Kimo menyampaikan bahwa Janur Ireng telah melewati proses yang cukup panjang dalam Lembaga Sensor Film sebelum dinyatakan layak tayang.
"Prosesnya cukup panjang dan sudah mendapatkan sensor 17 tahun ke atas. Film ini akan tayang pada 24 Desember 2025 mendatang. Momentumnya pas dengan natal dan tahun baru," ujarnya.
Pemilihan momentum rilis menjelang libur panjang akhir tahun tentu menjadi strategi menarik. Di periode ini, masyarakat biasanya memiliki waktu lebih luang untuk menonton film bersama keluarga atau teman.
Kehadiran film horor dengan latar konflik keluarga dapat memberikan warna berbeda dibanding film-film yang biasanya mendominasi masa liburan.
Antusiasme Pemeran dan Kekuatan Cerita yang Brutal
Gisellma, salah satu pemeran yang hadir pada JAFF Market 2025, memberikan pandangannya mengenai proses syuting dan pengalaman mengikuti produksi film tersebut. Ia mengatakan bahwa proses penggarapan Janur Ireng berjalan lancar tanpa kendala berarti.
Menurutnya, kekuatan utama film ini terletak pada cerita yang brutal namun tetap realistis, karena mengangkat isu konflik keluarga yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. "Salah satu alasan harus nonton film ini adalah brutal, ceritanya menarik mengangkat basis konflik keluarga," katanya.
Penggambaran konflik yang mentah dan tanpa tedeng aling-aling menjadi elemen yang membuat film ini bukan sekadar menghadirkan ketakutan dari unsur gaib, tetapi juga memunculkan ketegangan dari dinamika antar tokoh yang saling berhadapan.
Dengan narasi yang mengangkat isu keluarga, Janur Ireng berpeluang menciptakan ketegangan yang lebih dekat dengan realita penonton.
Ketika ketegangan datang dari hubungan manusia, rasa takut yang timbul menjadi lebih nyata dan mudah dirasakan.
Janur Ireng Siap Mengguncang Layar Lebar Akhir Tahun
Sebagai film yang membawa nama besar MD Pictures dan disutradarai Kimo Stamboel, Janur Ireng memiliki ekspektasi tinggi dari penggemar film horor di Indonesia.
Kehadiran film ini sebagai prekuel Sewu Dino juga akan menambah daya tarik, terutama bagi penonton yang ingin memahami lebih jauh fondasi kisah yang telah lebih dulu populer.
Dengan mengangkat konflik keluarga sebagai inti cerita, Janur Ireng mencoba menghadirkan pendekatan horor yang berbeda—lebih psikologis, emosional, dan dekat dengan kehidupan nyata masyarakat.
Semua elemen mulai dari durasi produksi, kualitas pemain, hingga respons positif festival semakin menguatkan bahwa film ini adalah salah satu titel horor yang paling ditunggu pada penutup tahun 2025.
Penonton dapat menantikan bagaimana film ini mengolah ketegangan antar tokoh, atmosfer mistis, serta narasi kelam yang menjadi ciri khas karya sutradara.
Janur Ireng menjadi film horor yang tidak hanya menakuti, tetapi juga mengajak penonton merenungkan sisi-sisi kelam relasi keluarga.