Minat Baca Indonesia Meningkat, Fakta dan Tantangan

Jumat, 28 November 2025 | 11:59:17 WIB
Minat Baca Indonesia Meningkat, Fakta dan Tantangan

JAKARTA - Banyak narasi menyebut minat baca di Indonesia sangat rendah, bahkan sejumlah media menyampaikan hanya 0,001 persen masyarakat Indonesia gemar membaca berdasarkan data UNESCO. Angka ini menimbulkan persepsi negatif, seolah masyarakat Indonesia malas membaca. Namun, apakah benar kondisi ini mencerminkan realitas saat ini?

Seiring perkembangan zaman, perilaku literasi masyarakat Indonesia mulai berubah. Anak muda kini lebih aktif membaca melalui media digital, komunitas, hingga platform sosial yang mendukung pertumbuhan minat baca. Masalah yang selama ini dianggap rendahnya minat baca mungkin justru terkait dengan akses dan ekosistem literasi yang belum optimal. Artikel ini akan menelisik lebih jauh berbagai faktor yang memengaruhi minat baca di Indonesia.

Miskonsepsi dan Data Lama soal Minat Baca

Banyak pihak mengutip data UNESCO yang menyatakan minat baca Indonesia hanya 0,001 persen. Angka ini kerap dijadikan acuan tanpa melihat konteks dan validitasnya. 

Muhammad Syarif Bando, mantan Kepala Perpustakaan Nasional, menegaskan bahwa angka tersebut bersumber dari data lama dan tidak sepenuhnya mewakili situasi terkini.

Selain itu, survei Snapcart yang dilaporkan GoodStats menunjukkan sebanyak 88 persen anak muda di Indonesia menyukai membaca, baik secara daring maupun luring. 

Temuan ini menunjukkan perilaku membaca generasi muda lebih aktif dibanding persepsi umum. Dengan demikian, stigma bahwa masyarakat malas membaca seharusnya dikaji ulang, karena akar masalah sebenarnya bisa terletak pada faktor lain, bukan pada kemauan individu semata.

Akses Perpustakaan yang Masih Terbatas

Perpustakaan merupakan pusat literasi yang esensial. Dengan ketersediaan buku dan ruang belajar, masyarakat memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Sayangnya, pemerataan perpustakaan di Indonesia masih jauh dari ideal.

Wilayah pelosok seringkali tidak memiliki akses mudah ke perpustakaan, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan bacaan berkualitas. Minimnya fasilitas ini berdampak pada kemampuan dan kesempatan warga untuk mengembangkan minat baca. 

Bukan berarti masyarakat malas membaca, tetapi kesempatan untuk membaca secara optimal belum sepenuhnya tersedia.

Harga Buku dan Ekosistem Literasi

Faktor ekonomi juga memengaruhi minat baca. Harga buku di Indonesia relatif mahal dibanding negara lain. Di beberapa negara Eropa, seperti Prancis dan Jerman, diberlakukan Fix Book Price (FBP) yang menjaga harga buku tetap terjangkau. 

Selain itu, biaya produksi efisien, pajak rendah, serta dukungan perpustakaan modern menjadikan buku mudah diakses masyarakat.

Di Indonesia, biaya kertas yang bergantung pada impor, pajak tinggi, dan pasar buku yang kecil membuat harga buku sulit turun. Kondisi ini menghambat akses masyarakat, terutama kalangan bawah. Jadi, masalahnya bukan pada kemauan membaca, tetapi pada ekosistem literasi yang belum mendukung sepenuhnya.

Budaya Baca Mulai Tumbuh Kembali

Meski sering terdengar narasi “masyarakat Indonesia malas membaca,” fakta menunjukkan tren literasi mulai berkembang. Media sosial memunculkan fenomena BookTok, Bookstagram, dan content creator buku yang membangun ekosistem literasi digital. Komunitas baca, baik offline maupun online, juga semakin aktif menggelar diskusi buku, tukar buku, hingga kelas membaca.

Data GoodStats 2024 menyebutkan bahwa platform ini membantu generasi muda, khususnya Gen Z, menumbuhkan minat baca. Anak muda kini menemukan cara baru untuk menikmati literasi, mengubah persepsi bahwa membaca hanya bisa dilakukan di perpustakaan atau melalui buku cetak. Budaya membaca pun perlahan menjadi bagian dari keseharian mereka.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, rendahnya minat baca di Indonesia tampaknya merupakan miskonsepsi yang muncul karena terbatasnya akses, harga buku yang tinggi, serta ekosistem literasi yang belum merata. Sementara itu, generasi muda menunjukkan minat baca yang cukup tinggi, baik secara digital maupun tradisional. 

Dengan penguatan fasilitas, pemerataan perpustakaan, dan dukungan ekosistem literasi yang memadai, minat baca di Indonesia dipastikan akan terus meningkat.

Terkini