Lonjakan Permintaan Batu Bara Dorong Pertumbuhan Sektor Logistik Nasional Signifikan

Kamis, 27 November 2025 | 10:30:36 WIB
Lonjakan Permintaan Batu Bara Dorong Pertumbuhan Sektor Logistik Nasional Signifikan

JAKARTA - Permintaan batu bara dunia kembali meningkat tajam, mendorong peluang ekonomi signifikan bagi sektor logistik nasional. 

Lonjakan ini terutama terjadi karena musim dingin di negara-negara subtropis dan kebutuhan energi industri yang mulai pulih. Secara historis, semester kedua selalu menjadi periode penguatan harga batu bara, terutama akibat peningkatan impor dari negara-negara Asia Timur dan Asia Selatan.

Indonesia tetap menjadi kontributor utama bagi pasar batu bara global. Sebagai salah satu negara dengan cadangan terbesar, Indonesia menyediakan pasokan vital yang menopang stabilitas pasar internasional. 

Wilayah Sumatra Selatan menjadi episentrum produksi dengan cadangan kedua terbesar di tanah air, berperan penting dalam menjaga kontinuitas pasokan global.

Ekspansi Infrastruktur Mendukung Produksi dan Distribusi

Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan, pemerintah dan BUMN energi melakukan ekspansi infrastruktur secara besar-besaran. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi mencapai 100 juta ton pada 2030, meningkat signifikan dibandingkan produksi sebelumnya. 

Sinergi dilakukan dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang menyiapkan kapasitas tambahan hingga 28 juta ton per tahun yang ditargetkan masuk awal tahun berikutnya.

Pengembangan jalur rangkap tiga (triple track) juga sedang digarap untuk mendukung target kapasitas angkut 165 juta ton per tahun pada 2029. 

Jalur kereta menjadi sarana krusial karena peraturan daerah melarang penggunaan jalan umum untuk transportasi batu bara. Dengan infrastruktur yang terintegrasi, distribusi batu bara dari tambang hingga pelabuhan dapat dilakukan secara lebih efisien.

Peran Strategis Perusahaan Logistik Terintegrasi

Situasi ini membuka ruang besar bagi perusahaan logistik batu bara terintegrasi seperti RMK Energy (RMKE). 

RMKE telah membangun jalan khusus sepanjang 38 km yang terhubung ke tambang baru Wiraduta Sejahtera Langgeng (WSL) dan Duta Bara Utama (DBU), serta akan tersambung ke tambang-tambang potensial lainnya, termasuk PTBA. Infrastruktur ini memungkinkan distribusi yang seamless dan meningkatkan kapasitas layanan logistik.

Meskipun RMKE sempat menghadapi tekanan pada sembilan bulan pertama tahun ini, kontribusi segmen coal services meningkat signifikan. Laba kotor dari layanan batu bara naik 15,3 persen, sementara kontribusi pendapatan meningkat dari 30,5 persen menjadi 46,5 persen. 

Dengan adanya jalan hauling baru, ekspansi kapasitas KAI, dan peningkatan produksi PTBA, RMKE diproyeksikan memasuki fase pertumbuhan keuangan yang lebih kuat pada tahun depan.

Proyeksi Keuangan dan Potensi Pertumbuhan RMKE

Riset menunjukkan bahwa RMKE memiliki potensi pertumbuhan luar biasa, seiring peningkatan permintaan global dan kesiapan infrastruktur baru. 

Valuasi perusahaan diperkirakan mencapai Rp 30,8 triliun, dengan proyeksi pendapatan 2026–2028 tumbuh eksponensial dari Rp 4,1 triliun menjadi Rp 15,5 triliun. Laba bersih diproyeksikan naik hingga 236 persen pada 2026, sejalan dengan peningkatan kapasitas dan efisiensi operasional.

Analis menilai momentum pertumbuhan RMKE akan semakin kuat, didukung faktor global dan domestik, termasuk ekspansi jalur KAI dan rencana peningkatan produksi PTBA. Harga saham diprediksi naik signifikan, sehingga investor diimbau memanfaatkan potensi pertumbuhan jangka panjang ini. 

Keberhasilan integrasi antara produksi, transportasi, dan distribusi menjadi kunci agar industri batu bara tetap kompetitif di pasar global, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui sektor logistik.

Dengan fokus pemerintah pada ketahanan energi dan swasembada, tren positif ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok batu bara strategis sekaligus membuka peluang pertumbuhan logistik dan investasi di sektor terkait.

Terkini