JAKARTA - Perubahan besar terjadi di tubuh SkyTeam, maskapai yang berada di bawah China Airlines Group, setelah adanya dorongan kuat dari serikat pekerja yang menilai aturan pemilihan kru kabin selama ini tidak lagi relevan.
Aturan lama yang membatasi jumlah pramugara di setiap penerbangan dianggap menghambat kesetaraan serta menyebabkan minimnya interaksi antarpramugara karena mereka jarang bertugas bersama.
Kebijakan yang telah berlangsung lama itu akhirnya dihapuskan, membuka jalan bagi kru kabin laki-laki untuk bertugas sepenuhnya dalam satu penerbangan. Perubahan ini menandai langkah baru tidak hanya bagi para pramugara, tetapi juga bagi perusahaan yang mulai menyelaraskan kebijakan internal dengan perkembangan zaman dan tuntutan keadilan di lingkungan kerja.
Perubahan itu langsung terlihat pada penerbangan percobaan yang dilakukan dengan rute ke New York, di mana seluruh kru kabin berisi laki-laki. Langkah ini merupakan simbol dimulainya era baru, sesuatu yang sebelumnya tidak terbayangkan karena komposisi kabin secara historis selalu didominasi pramugari perempuan.
Selama bertahun-tahun, maskapai ini menerapkan kebijakan yang membatasi kehadiran pramugara, biasanya hanya satu atau dua orang di setiap penerbangan. Kebijakan itulah yang kemudian memicu desakan untuk membuka kesempatan yang lebih luas bagi pramugara, termasuk kesempatan untuk menjalankan penerbangan bersama dalam satu tim yang homogen.
Akar Desakan Serikat Pekerja dan Dampaknya
Langkah perubahan kebijakan tidak datang tiba-tiba. Serikat pekerja telah lama menyuarakan bahwa pembatasan jumlah pramugara merupakan bentuk diskriminasi yang tidak lagi bisa dipertahankan.
Ketika maskapai memberi porsi lebih besar kepada pramugari perempuan, pramugara kerap menghadapi keterbatasan dalam penugasan yang berdampak pada pengalaman kerja, kesempatan memperluas interaksi, hingga pembentukan tim yang solid. Serikat pekerja menilai bahwa aturan tersebut tidak hanya membatasi ruang gerak, tetapi juga menimbulkan ketidakadilan dalam kesempatan penugasan.
Setelah mendengar masukan tersebut, maskapai akhirnya memutuskan untuk menghapus kebijakan lama dan menerapkan sistem penugasan baru yang tidak lagi dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Ini berarti setiap kru kabin kini memiliki kesempatan yang sama berdasarkan kebutuhan operasional dan pertimbangan kemampuan, bukan berdasarkan gender.
Setelah aturan tersebut dicabut, sekelompok pramugara pun mulai mengambil inisiatif untuk merayakan perubahan tersebut dengan mengajukan penerbangan khusus yang seluruh kru kabinnya terdiri dari laki-laki. Langkah ini bukan sekadar simbol kemenangan, tetapi juga upaya membangun kembali hubungan kerja yang selama ini terbatas akibat kebijakan lama.
Kisah Pengajuan Penerbangan Khusus Rute Taipei–New York
Pada Agustus 2025, sekelompok pramugara senior mengajukan rute penerbangan ke New York sebagai penerbangan pertama yang sepenuhnya diisi pramugara. Pengajuan tersebut tidak hanya didasari oleh semangat untuk menandai sejarah baru, tetapi juga pertimbangan praktis seperti lokasi hotel kru yang dianggap strategis.
Bahkan, para pramugara itu sepakat untuk mundur apabila ada pramugari senior yang mengajukan rute tersebut, dan mereka siap bernegosiasi untuk memperoleh kesempatan lain demi tetap dapat menjalani penerbangan khusus dengan tim berisi seluruh pramugara.
Mereka juga tidak mempersoalkan tanggal keberangkatan; yang penting adalah momentum untuk mencatat sejarah sekaligus merayakan perubahan yang telah diperjuangkan cukup lama. Persiapan ini dilakukan dengan antusias, meskipun pada awalnya mereka tidak terlalu berharap pengajuan tersebut diterima sepenuhnya. Namun, kejutan datang ketika jadwal mereka disetujui dan penerbangan bersejarah itu benar-benar terwujud.
Salah satu pramugara, Derek Lin, bahkan membagikan rincian pengalaman serta momen kebersamaan melalui Instagram. Unggahan tersebut langsung mendapat banyak perhatian, terutama dari kalangan pekerja industri penerbangan dan para penggemar aviasi yang melihat langkah ini sebagai perubahan penting dalam sejarah perusahaan.
Arti Penting Penerbangan Ini bagi Para Pramugara dan Maskapai
Terlepas dari suasana selebrasi, penerbangan ini membawa makna lebih besar bagi para pramugara dan dunia penerbangan secara umum. Ini menunjukkan bahwa perubahan kebijakan bisa terjadi ketika aspirasi pekerja terdengar dan ditindaklanjuti. Penerbangan semua-pria pertama tersebut menjadi bentuk nyata bahwa maskapai tidak lagi memandang penugasan kru kabin melalui kacamata gender, tetapi melalui kebutuhan profesional dan dinamika kerja yang egaliter.
Bagi para pramugara yang selama ini jarang bertugas bersama, momen ini menjadi kesempatan untuk membangun kedekatan dan solidaritas. Dengan bekerja dalam satu tim homogen yang sebelumnya sulit terwujud, mereka bisa saling mengenal lebih baik, berbagi pengalaman, serta merasakan dinamika kerja yang lebih natural tanpa adanya pembatasan struktural seperti sebelumnya.
Sementara bagi maskapai, penerbangan ini menunjukkan komitmen untuk menjadi lebih modern, inklusif, dan responsif terhadap aspirasi pekerja. Menghapus aturan yang selama ini dianggap diskriminatif menjadi langkah penting untuk memperbaiki hubungan internal, meningkatkan kepuasan pekerja, dan membangun budaya perusahaan yang lebih adil. Perubahan ini juga bisa menjadi preseden bagi maskapai lain yang menghadapi isu serupa dalam pembagian peran di kabin.
Dengan penerbangan perdana yang sukses, langkah baru ini membuka babak baru bagi SkyTeam dan bagi seluruh kru kabin laki-laki yang kini memiliki ruang gerak lebih luas. Perubahan tersebut bukan hanya soal sebuah penerbangan ke New York, tetapi mengenai pergeseran paradigma yang lebih besar: bahwa dunia penerbangan harus memberi ruang yang sama bagi semua kru tanpa memandang gender.