JAKARTA - Harga sembako di Jawa Timur terus bergerak fluktuatif dari hari ke hari, namun beberapa komoditas menunjukkan stabilitas.
Hari ini, harga cabai merah keriting turun cukup signifikan, sementara cabai rawit merah justru mengalami kenaikan tipis. Bawang merah dan bawang putih mengalami penyesuaian harga, dengan bawang merah turun dan bawang putih relatif stabil.
Pemantauan harga sembako menjadi penting bagi masyarakat untuk merencanakan belanja harian, sekaligus menjaga kestabilan pengeluaran rumah tangga di tengah situasi harga yang tidak menentu.
Selain cabai, bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, daging, telur, susu, garam, dan gas elpiji masih berada pada kisaran harga stabil.
Daftar harga rata-rata sembako hari ini di Jawa Timur menunjukkan: beras premium Rp 14.898/kg, gula pasir Rp 16.372/kg, minyak goreng curah Rp 18.852/kg, daging sapi paha belakang Rp 119.452/kg, dan telur ayam ras Rp 28.026/kg.
Cabai merah keriting tercatat turun Rp 1.356 menjadi Rp 48.894/kg, sementara bawang merah berada di Rp 38.437/kg.
Telur Ayam dan Minyak Goreng Tetap Stabil
Selain cabai dan bawang, harga kebutuhan pokok lainnya relatif stabil. Telur ayam ras dan kampung berada pada kisaran Rp 28.000 hingga Rp 46.469/kg, sedangkan minyak goreng curah dan kemasan berada di rentang Rp 16.710–20.281/liter.
Stabilitas ini menjadi kabar baik bagi rumah tangga yang mengandalkan bahan pokok tersebut sebagai kebutuhan sehari-hari.
Meski harga beberapa komoditas stabil, fluktuasi harga cabai tetap menjadi perhatian karena berpengaruh signifikan terhadap biaya belanja masyarakat. Peningkatan harga cabai biasanya dipengaruhi oleh faktor musiman, distribusi, dan cuaca.
Oleh karena itu, pemantauan rutin sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi akurat bagi konsumen dan pedagang di pasar tradisional maupun modern.
Faktor Penyebab Perubahan Harga Sembako
Berbagai faktor mempengaruhi naik turunnya harga sembako, termasuk biaya produksi, kebijakan pemerintah, kondisi cuaca, kurs mata uang, dan inflasi. Jika permintaan meningkat sementara pasokan tetap atau menurun, harga cenderung naik. Sebaliknya, jika pasokan melimpah, harga bisa turun.
Cuaca ekstrem, bencana alam, atau perubahan musim turut memengaruhi produksi pertanian. Kekurangan pasokan akibat cuaca buruk dapat mendorong kenaikan harga.
Selain itu, kebijakan impor, subsidi, pajak, atau regulasi pemerintah juga berdampak pada harga sembako. Kenaikan biaya bahan baku, pupuk, bahan bakar, dan upah pekerja menambah biaya produksi, sehingga harga jual ikut naik.
Fluktuasi nilai tukar mata uang juga menjadi faktor penting, terutama untuk komoditas yang diimpor.
Depresiasi mata uang lokal membuat harga barang impor lebih mahal, yang berpotensi memengaruhi harga pasar secara keseluruhan. Dengan demikian, harga sembako sering berubah-ubah dan perlu pengawasan ketat untuk menjaga stabilitas pasar.
Pentingnya Pemantauan dan Kebijakan Stabilitas
Pemantauan harian terhadap harga sembako penting untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan pasokan dan kebutuhan masyarakat.
Sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) membantu memetakan harga rata-rata di berbagai wilayah Jawa Timur. Informasi ini memungkinkan pemerintah, pedagang, dan konsumen mengambil keputusan tepat dalam pengelolaan bahan pokok.
Harga sembako di setiap pasar dapat berbeda-beda, namun data rata-rata memberikan gambaran umum kondisi pasar. Dengan pengawasan dan kebijakan yang tepat, diharapkan harga sembako tetap terkendali, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan gizi dan rumah tangga tanpa terbebani fluktuasi harga yang ekstrem.
Stabilitas harga sembako juga menjadi indikator kesehatan ekonomi lokal, karena mencerminkan kemampuan produksi, distribusi, dan ketersediaan pasokan yang memadai. Pemantauan rutin, kebijakan responsif, dan keterbukaan informasi merupakan kunci untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi.