Perjalanan Berprestasi Janice Tjen Mendapat Apresiasi Khusus Angelique Widjaja

Selasa, 25 November 2025 | 09:31:16 WIB
Perjalanan Berprestasi Janice Tjen Mendapat Apresiasi Khusus Angelique Widjaja

JAKARTA - Dalam lintasan panjang prestasi tenis Indonesia, kemunculan sosok-sosok muda selalu menjadi pengingat bahwa regenerasi atlet masih terus berjalan.

Momen tersebut kembali terasa ketika Janice Tjen tampil di Grand Slam US Open 2025, sebuah penampilan yang mengakhiri penantian 21 tahun Indonesia untuk kembali memiliki wakil di nomor tunggal putri turnamen besar itu. 

Kehadirannya menjadi momentum penting yang tidak hanya menyinggung capaian pribadi, tetapi juga menggugah optimisme bagi perkembangan tenis Tanah Air.

Perjalanan Janice menuju babak utama tidak berlangsung mudah. Di USTA Billie Jean King Tennis Center, ia harus melakoni rangkaian kualifikasi yang menantang.

Langkahnya dimulai dengan mengalahkan Varvara Lepchenko lewat kemenangan meyakinkan 6-3, 6-1. Ia kemudian mengatasi permainan Maja Chwalinska dengan skor 7-5, 7-5 sebelum melanjutkan performa dominan saat berhadapan dengan Aoi Ito dan menang 6-1, 6-2. 

Rentetan hasil itu membawa Janice ke babak utama dan memantapkan dirinya sebagai salah satu talenta yang patut diperhitungkan.

Pada putaran pertama, Janice mencuri perhatian publik lewat kemenangan dramatis atas Veronika Kudermetova. Pertandingan berlangsung ketat dengan skor akhir 6-4, 4-6, 6-4 yang menunjukkan ketahanan fisik dan mentalnya. 

Meski perjalanannya berakhir di babak kedua setelah kalah dari Emma Raducanu dengan skor 2-6, 1-6, kiprahnya tetap dinilai sebagai pencapaian bersejarah yang menghidupkan kembali asa Indonesia di kancah tenis global.

Kebanggaan Angelique atas Generasi Baru

Di tengah perhatian publik tersebut, Angelique Widjaja menjadi salah satu sosok yang paling merasakan kebanggaan atas capaian Janice. Ia menyampaikan perasaan itu dengan tulus, mengungkapkan bahwa melihat penerusnya mampu menembus arena yang pernah ia jalani menghadirkan kebahagiaan tersendiri baginya. 

Angelique mengatakan, “Yang pasti bangga banget,” sebagai refleksi atas kebanggaannya terhadap perkembangan olahraga nasional, khususnya tenis.

Angelique memahami bahwa perjuangan atlet muda seperti Janice tidak selalu mudah, terlebih mengingat dirinya pernah menghadapi situasi serupa. Ketika memenangkan gelar Wimbledon junior 2001, ia mengingat betul bagaimana dunia tenis internasional saat itu tidak banyak mengenal pemain dari Asia, apalagi Indonesia.

Ia bercerita bahwa banyak yang bertanya, “Siapa, ya, Angelique Wijaya? Kamu dari mana? Indonesia di mana?” Kenangan itu membekas, sekaligus menjadi cerminan perjalanan yang kini juga dilalui oleh Janice.

Menurutnya, posisi sebagai underdog justru memberikan ruang bermain tanpa beban. Kondisi itu membuat seorang atlet dapat tampil lebih lepas dibanding saat membawa label unggulan.

Angelique menilai Janice memiliki kans besar dalam pertandingan setingkat US Open karena peringkat dan prestasinya masih berada di bawah para pesaingnya. 

Dalam pandangannya, mulai dari peringkat 20 sampai 100 dunia, kekuatan teknis para petenis relatif sama sehingga aspek mental menjadi penentu. Ia menegaskan bahwa kesiapan mental adalah kunci utama untuk menghadapi tekanan di panggung besar.

Perjalanan Lanjutan Janice di Arena Profesional

Selepas US Open 2025, Janice terus melanjutkan kiprahnya melalui partisipasi di berbagai turnamen lain. Tidak hanya bermain di nomor tunggal, ia juga menambah jam terbang dengan turun pada sektor ganda. 

Keikutsertaannya bersama Aldila Sutjiadi menjadi dorongan penting dalam proses pematangannya sebagai atlet. Usianya yang baru 23 tahun membuat setiap pertandingan menjadi pengalaman berharga yang dapat membangun fondasi permainannya di masa depan.

Angelique melihat kualitas yang dimiliki Janice sebagai sebuah potensi besar. Ia mengetahui bahwa perjalanan menuju puncak karier tidak hanya ditentukan oleh kemampuan teknis, tetapi juga oleh ketangguhan menghadapi tekanan. 

Pengalamannya sendiri saat bermain di nomor ganda bersama Mario Vento-Kabchi, hingga menembus perempat final Wimbledon 2003 dan 2004, memberinya pemahaman mendalam mengenai pentingnya keseimbangan mental dan strategi. 

Dengan bekal tersebut, Angelique menilai bahwa Janice berada pada jalur yang tepat untuk berkembang sebagai pemain profesional.

Pada titik ini, ia meyakini bahwa dengan konsistensi dan peningkatan fokus, Janice memiliki peluang besar untuk mencapai level yang lebih tinggi. Ia percaya bahwa kemampuan adaptasi dan ketenangan Janice akan menjadi faktor pendukung dalam menavigasi kompetisi global yang semakin ketat.

Warisan dan Inspirasi antar Generasi

Kisah perjalanan Angelique dan Janice memberikan gambaran tentang bagaimana warisan prestasi dapat berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Dalam dunia olahraga, hubungan antara senior dan junior tidak hanya sebatas catatan prestasi, tetapi juga menjadi sumber inspirasi yang dapat menyalakan semangat bagi yang meneruskan perjuangan.

Kembalinya Indonesia ke arena Grand Slam melalui langkah Janice menjadi bukti bahwa regenerasi atlet dapat berjalan dengan baik ketika ada dukungan, pengalaman, dan motivasi yang bersinergi.

Momentum ini sekaligus menjadi pengingat bahwa keberhasilan bukan hanya milik individu, tetapi merupakan bagian dari perjalanan panjang olahraga Indonesia.

Terkini