Harga Batu Bara Dijaga Tetap Stabil Walau Pengurangan Produksi Nasional Dilakukan

Senin, 24 November 2025 | 15:02:03 WIB
Harga Batu Bara Dijaga Tetap Stabil Walau Pengurangan Produksi Nasional Dilakukan

JAKARTA - Ekonom menilai langkah pemerintah memperbesar porsi Domestic Market Obligation (DMO) sekaligus memangkas produksi batu bara berpotensi menahan penurunan harga komoditas ini pada 2026. 

Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, memproyeksikan harga batu bara acuan (HBA) untuk kalori tinggi berada di kisaran US$95—US$115 per ton dengan rata-rata tahunan US$100—US$105 per ton.

Proyeksi ini mempertimbangkan korelasi HBA dengan harga pasar global seperti ICE Newcastle. Menurut Josua, jika terjadi gangguan pasokan internasional, ada ruang kenaikan moderat hingga US$115—US$120 per ton. 

Sementara untuk batu bara kalori menengah dan rendah, harga diperkirakan berada pada kisaran US$55—US$70 per ton dan US$35—US$50 per ton.

Dalam rupiah, dengan asumsi kurs Rp16.500 per dolar AS, harga kalori tinggi setara Rp1,6—Rp1,9 juta per ton. Sementara produsen dengan portofolio kalori rendah akan sangat bergantung pada pasar spot, sedangkan kontrak jangka panjang tetap menjadi penopang stabilitas harga perusahaan.

Strategi Pemerintah Atur DMO dan Produksi

Kementerian ESDM menegaskan rencana penyesuaian produksi batu bara tahun depan untuk menjaga harga tetap stabil. 

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Tri Winarno, menyampaikan jika produksi dipangkas tetapi porsi DMO tetap sama, maka volume batu bara yang masuk pasar domestik akan berkurang. Oleh karena itu, pemerintah membuka peluang menaikkan porsi DMO agar keseimbangan pasokan tetap terjaga.

Target produksi batu bara tahun depan diperkirakan turun di bawah 700 juta ton, lebih rendah dari target tahun ini yang mencapai 735 juta ton. Langkah ini ditujukan untuk menekan penurunan harga tanpa mengganggu pasokan domestik. 

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa meskipun porsi DMO diperbesar, harga batu bara khusus DMO tidak akan direvisi, sehingga stabilitas harga domestik tetap terjaga.

Dampak Terhadap Perusahaan dan Kontrak Jangka Panjang

Kebijakan penyesuaian produksi dan DMO ini berdampak pada struktur kontrak perusahaan pertambangan. Produsen dengan kontrak jangka panjang dan portofolio kalori tinggi diprediksi tetap memperoleh keuntungan stabil meski pasar global bergejolak. 

Sebaliknya, perusahaan dengan batu bara kalori rendah akan lebih sensitif terhadap harga pasar spot.

Josua menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah dan pelaku industri agar penyesuaian produksi dan DMO tidak menimbulkan gejolak mendadak di pasar tenaga kerja maupun penerimaan fiskal. Evaluasi harga batu bara khusus DMO juga perlu disempurnakan agar lebih adaptif terhadap kondisi global dan biaya produksi.

Tren Pasar dan Harga Terakhir

Data terakhir menunjukkan HBA kalori tinggi Indonesia berada di kisaran US$95—US$115 per ton sepanjang 2025, menurun dibanding rata-rata US$201 per ton pada 2023. Batu bara kalori menengah dan rendah masing-masing berada di kisaran US$60 dan US$40 per ton.

Di pasar ICE Newcastle, harga batu bara kontrak pengiriman bulan mendatang pada perdagangan terakhir ditutup di US$110,9 per ton, turun tipis 0,09% dibanding sebelumnya. 

Meski demikian, sepanjang pekan harga tetap naik 0,27%. Tren ini menunjukkan meski produksi dikurangi, permintaan global dan penyesuaian DMO mampu menjaga stabilitas harga batu bara Indonesia.

Kebijakan ini diharapkan menyeimbangkan tiga tujuan sekaligus: menjaga keamanan pasokan dan harga energi dalam negeri, mempertahankan keberlanjutan usaha dan investasi sektor pertambangan, serta tetap menjaga kontribusi penerimaan negara dari sektor batu bara.

Terkini