JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah pada awal pekan diperkirakan bergerak fluktuatif meskipun tetap memiliki risiko pelemahan.
Prediksi tersebut menempatkan rupiah berada pada rentang Rp16.710 hingga Rp16.740 per dolar AS, mengikuti tren akhir pekan sebelumnya yang sempat mencatat penguatan.
Pada penutupan Jumat, rupiah menguat nol koma dua puluh dua persen atau tiga puluh tujuh poin ke posisi Rp16.699 per dolar AS. Hal ini berlangsung bersamaan dengan melemahnya indeks dolar AS sebesar nol koma sebelas persen ke level seratus koma nol empat, sehingga memberi ruang pada rupiah untuk bergerak lebih stabil.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa dinamika rupiah dipengaruhi sentimen global dan domestik. Menurutnya, pasar global mulai merespons kabar positif terkait perkembangan hubungan antara Ukraina dan Rusia yang membuka potensi stabilitas baru.
Ia menambahkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sudah menerima rencana perdamaian dua puluh delapan poin yang dibuat bersama Amerika Serikat dan Rusia. Zelenskiy pun berharap dapat berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam waktu dekat.
Sentimen Geopolitik dan Dampaknya pada Rupiah
Walaupun terdapat sinyal positif, Ibrahim mengingatkan bahwa stabilitas global belum sepenuhnya pulih. Amerika Serikat resmi memberlakukan sanksi terhadap dua perusahaan minyak besar Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil, yang mulai berlaku pada Jumat malam waktu setempat.
Dampak sanksi tersebut sudah terasa sejak awal tahun karena India dan China, sebagai pembeli utama, mulai menarik diri dari pembelian beberapa kargo. Kondisi ini menahan potensi pemulihan global, khususnya pada sektor energi yang masih memengaruhi arus modal internasional.
Ibrahim menilai kondisi geopolitik tersebut masih menjadi faktor penting yang membentuk sentimen pasar. Meski ada peluang perbaikan hubungan internasional, tekanan ekonomi global tetap membayangi pergerakan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.
Ia menjelaskan bahwa fluktuasi nilai tukar pada awal pekan merupakan reaksi atas ketidakpastian yang belum sepenuhnya mereda. Namun, perkembangan positif tetap memberikan ruang bagi rupiah untuk bergerak lebih stabil dibanding beberapa pekan sebelumnya.
Dukungan Sentimen Domestik dari Data Ekonomi
Dari dalam negeri, pasar merespons positif data ekonomi yang memperlihatkan penguatan fundamental. Bank Indonesia melaporkan transaksi berjalan Indonesia mencatat surplus empat miliar dolar AS atau satu koma satu persen dari PDB pada kuartal ketiga, menjadi surplus pertama setelah sepuluh kuartal terakhir.
Surplus tersebut berbanding dengan defisit dua koma tujuh miliar dolar AS atau nol koma delapan persen dari PDB pada kuartal sebelumnya. Perbaikan ini memberikan dorongan stabilitas bagi rupiah karena menunjukkan meningkatnya daya tahan perekonomian domestik.
Selain itu, neraca pendapatan primer mencatat defisit yang lebih rendah akibat menurunnya pembayaran imbal hasil investasi asing. Penurunan tersebut disebabkan berlalunya periode pembayaran dividen serta bunga atau kupon, sehingga tekanan terhadap neraca primer berkurang.
Meski demikian, Bank Indonesia mencatat kenaikan defisit pada neraca perdagangan migas karena harga minyak global masih meningkat. Kondisi ini tetap menjadi tantangan bagi stabilitas transaksi berjalan meskipun secara keseluruhan fundamental ekonomi masih terjaga.
Proyeksi Akhir Perdagangan dan Arah Rupiah
Menurut Ibrahim, rupiah berpotensi bergerak fluktuatif sepanjang perdagangan awal pekan. Meskipun begitu, ia memperkirakan rupiah tetap berisiko ditutup melemah di rentang Rp16.710 hingga Rp16.740 per dolar AS mengikuti kombinasi sentimen global dan domestik.
Ia menilai perkembangan geopolitik dapat menjadi penentu utama arah rupiah dalam jangka pendek. Jika pembahasan perdamaian Ukraina–Rusia menunjukkan kemajuan nyata, pasar berpotensi memberi respons lebih optimis terhadap aset negara berkembang.
Di sisi lain, tekanan dari sanksi terhadap perusahaan minyak Rusia dan ketidakpastian pasar global masih menjadi tantangan. Namun data domestik yang menunjukkan surplus transaksi berjalan memberi penopang penting bagi kestabilan rupiah.
Secara keseluruhan, perjalanan rupiah pada awal pekan diperkirakan tetap berada dalam pola fluktuatif. Meskipun demikian, peluang stabilisasi tetap terbuka apabila sentimen global dan domestik bergerak ke arah yang lebih positif.