Harga Batu Bara Mengalami Fluktuasi, Peluang Strategis Terbuka untuk Penataan Pasokan

Jumat, 21 November 2025 | 12:02:37 WIB
Harga Batu Bara Mengalami Fluktuasi, Peluang Strategis Terbuka untuk Penataan Pasokan

JAKARTA - Harga batu bara menunjukkan pergerakan yang beragam dalam beberapa pekan terakhir. 

Hal ini terjadi karena dinamika pasokan dan permintaan di pasar internasional, termasuk perubahan volume impor di beberapa negara utama.

Batu bara Newcastle untuk November 2025 tetap stabil di level US$111 per ton, sementara untuk kontrak Desember 2025 tercatat naik US$0,85 menjadi US$114,25 per ton. Sebaliknya, Januari 2026 mengalami penurunan tipis US$0,1 menjadi US$113,85 per ton.

Di pasar Rotterdam, harga batu bara November 2025 turun US$0,15 menjadi US$96,1 per ton. Namun, Desember 2025 naik US$0,85 menjadi US$98,65 per ton, dan Januari 2026 terkerek US$0,55 menjadi US$99,05 per ton. Variasi ini mencerminkan dinamika kebutuhan energi dan fluktuasi produksi di beberapa negara penghasil utama.

Mongolia Jadi Pemasok Strategis China

Impor batu bara dari Mongolia meningkat tajam, menjadi salah satu faktor utama pergerakan harga. Data bea cukai China menunjukkan impor dari Mongolia naik 20% secara tahunan pada Oktober 2025.

China mengimpor 7,76 juta ton batu bara dari Mongolia pada Oktober, meski menurun dari rekor tertinggi September sebesar 9,29 juta ton. Kenaikan impor ini sejalan dengan ketatnya pasokan domestik China akibat pembatasan produksi dan pemeriksaan keselamatan tambang.

Situasi ini membuat Mongolia semakin strategis sebagai pemasok bagi China. Dengan permintaan energi yang meningkat menjelang musim dingin, peran Mongolia diperkirakan tetap penting dalam beberapa bulan ke depan, sehingga memengaruhi harga dan aliran pasokan global.

Penurunan Impor dari Pemasok Lain

Sementara itu, impor batu bara China dari negara-negara lain mengalami penurunan. Secara total, impor batu bara China pada Oktober turun 10% secara tahunan.

Penurunan terbesar berasal dari Rusia, yang merosot 18% menjadi 6,79 juta ton. Impor dari Indonesia juga turun 12% menjadi 18,7 juta ton. Penurunan ini disebabkan oleh kombinasi faktor domestik dan harga yang lebih tinggi di pasar alternatif.

Penurunan impor dari negara lain menegaskan ketergantungan China pada Mongolia. Hal ini menciptakan peluang strategis bagi eksportir Mongolia untuk mengisi celah pasokan, sekaligus memberi tekanan fluktuatif terhadap harga batu bara di pasar internasional.

Tantangan dan Peluang Industri Batu Bara

Kondisi pasar yang beragam menjadi tantangan sekaligus peluang bagi industri batu bara. Lonjakan harga di beberapa kontrak membuka ruang bagi eksportir untuk meningkatkan volume ekspor.

Namun, pengelolaan pasokan tetap menjadi kunci. Dengan ketatnya regulasi keselamatan tambang di China, produsen harus menyesuaikan kapasitas dan menjaga kualitas. Industri batu bara di negara penghasil seperti Indonesia dan Mongolia pun perlu memperhitungkan strategi produksi dan distribusi agar tetap kompetitif.

Permintaan energi yang meningkat menjelang musim dingin menjadi momentum bagi para pelaku industri untuk mengoptimalkan penjualan. Dengan memanfaatkan peluang ini, produsen dapat menstabilkan pendapatan meski menghadapi fluktuasi harga global.

Dengan demikian, pergerakan harga batu bara yang beragam bukan hanya fenomena jangka pendek, tetapi juga cerminan hubungan kompleks antara produksi, distribusi, dan permintaan global. Produsen dan negara pemasok harus menyiapkan strategi jangka panjang agar tetap unggul di pasar internasional.

Terkini