IHSG Tetap Menguat Berkat Dukungan Kebijakan Moneter BI yang Konsisten

Kamis, 20 November 2025 | 10:31:12 WIB
IHSG Tetap Menguat Berkat Dukungan Kebijakan Moneter BI yang Konsisten

JAKARTA - Optimisme pasar kembali terlihat saat pembukaan perdagangan, ketika Indeks Harga Saham Gabungan memperpanjang tren positif setelah kebijakan suku bunga Bank Indonesia dipertahankan sesuai dengan perkiraan pelaku pasar. 

Kondisi tersebut memberikan ruang bagi investor untuk menilai bahwa stabilitas moneter tetap mendukung aktivitas perdagangan, terutama di tengah dinamika global yang terus memberikan tekanan terhadap pasar keuangan berbagai negara.

IHSG dibuka menguat 43,86 poin atau 0,52 persen ke posisi 8.450,44, sementara indeks LQ45 bergerak naik 4,95 poin atau 0,58 persen ke level 853,92. Kenaikan ini memperlihatkan respons cepat investor terhadap keputusan yang dianggap mampu menjaga keseimbangan ekonomi nasional. 

Kepala Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menyebutkan bahwa potensi kenaikan lanjutan masih terbuka lebar setelah BI-Rate diputuskan untuk tetap berada pada level yang sama. “IHSG berpotensi melanjutkan kenaikan hari ini, setelah BI-Rate hold sesuai dengan ekspektasi,” ujarnya.

Rapat Dewan Gubernur menetapkan BI-Rate tetap pada posisi 4,75 persen, begitu pula suku bunga deposit facility di level 3,75 persen dan lending facility di 5,5 persen.

Penahanan suku bunga ini menjadi sinyal bagi investor bahwa stabilitas inflasi domestik masih berada dalam jalur yang dikehendaki, sehingga tidak mengganggu aliran dana investasi pada pasar modal. 

Kombinasi antara keyakinan pelaku pasar dan kebijakan moneter yang konsisten menjadi faktor utama yang memberikan dorongan bagi pergerakan IHSG pada awal perdagangan.

Dinamika Global Memengaruhi Persepsi Risiko Investor

Sementara sentimen positif dari dalam negeri menjaga ritme penguatan IHSG, situasi global tetap menjadi bahan pertimbangan utama bagi investor. 

Sejumlah pejabat The Fed mengingatkan bahwa pemotongan suku bunga sebaiknya tidak dilakukan secara agresif karena adanya risiko inflasi yang masih mengintai perekonomian Amerika Serikat. 

Kekhawatiran mengenai tekanan harga menjadi faktor yang membuat pergerakan pasar global berlangsung hati-hati dalam beberapa waktu terakhir.

Namun, pernyataan berbeda muncul dari Gubernur The Fed Christopher Waller. Ia menyampaikan dukungan terhadap pelonggaran suku bunga, dengan alasan adanya tanda-tanda pelemahan pada pasar tenaga kerja AS. 

Pandangan ini memberi harapan bahwa kebijakan moneter AS tidak akan terlalu ketat, sehingga memberikan peluang bagi peningkatan likuiditas global. Meskipun demikian, pasar tetap mencermati potensi perubahan arah kebijakan yang dapat mempengaruhi aliran investasi ke negara berkembang.

Di kawasan Asia, perhatian pasar juga tertuju pada hubungan Jepang dan China yang kembali memanas. Ketegangan meningkat setelah munculnya komentar terkait kemungkinan respons militer jika terjadi situasi yang melibatkan Taiwan. 

Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia dari Kementerian Luar Negeri China, Liu Jinsong, menyampaikan ketidakpuasan terhadap hasil pertemuan dengan pihak Jepang. 

Ketegangan tersebut bahkan menimbulkan reaksi publik China, terutama setelah Jepang menegaskan tidak akan menarik pernyataannya mengenai sikap yang dapat diambil apabila terjadi invasi ke Taiwan. Kondisi geopolitik ini menjadi salah satu faktor eksternal yang terus memengaruhi pergerakan pasar regional.

Kinerja Bursa Global Beragam Mengikuti Arah Kebijakan Internasional

Di tengah ketidakpastian kebijakan dan situasi geopolitik, bursa-bursa dunia menunjukkan pergerakan yang beragam. Pada sesi sebelumnya, indeks saham Eropa ditutup kompak melemah. 

Euro Stoxx 50 mengalami penurunan 0,13 persen, sementara FTSE 100 Inggris turun 0,47 persen. Indeks DAX Jerman melemah 0,08 persen, dan CAC Prancis turun 0,18 persen. 

Pelemahan ini mencerminkan kehati-hatian investor Eropa dalam merespons dinamika kebijakan suku bunga serta potensi perlambatan ekonomi yang masih membayangi kawasan tersebut.

Di sisi lain, bursa Amerika Serikat justru menunjukkan penguatan pada penutupan perdagangan. Dow Jones naik 0,10 persen ke level 46.138,24, disusul S&P 500 yang menguat 0,38 persen ke posisi 6.642,41. 

Nasdaq turut mencatat kenaikan sebesar 0,56 persen ke 24.640,92. Penguatan di Wall Street menunjukkan bahwa pasar AS masih melihat peluang pertumbuhan di tengah ketidakpastian suku bunga, terutama setelah adanya sinyal pelemahan di pasar tenaga kerja yang dapat mendorong pelonggaran kebijakan moneter.

Sementara itu, pasar saham Asia pada pembukaan hari ini memperlihatkan pergerakan yang bervariasi. Nikkei mengalami penguatan signifikan sebesar 1.631,80 poin atau 3,43 persen ke 50.201,00. 

Indeks Shanghai turut menguat 2,89 poin atau 0,07 persen ke posisi 3.949,78. Namun, Hang Seng melemah 5,65 poin atau 0,14 persen ke 25.820,55, sementara Strait Times menguat 12,17 poin atau 0,27 persen ke level 4.517,35. 

Variasi ini menunjukkan bagaimana bursa Asia merespons campuran antara sentimen geopolitik dan kebijakan global yang bergerak dinamis.

Arah Perdagangan Dipengaruhi Kombinasi Stabilitas Lokal dan Global

Dengan banyaknya faktor yang memengaruhi pergerakan pasar, baik dari dalam maupun luar negeri, arah IHSG pada perdagangan hari ini ditentukan oleh kombinasi antara kestabilan kebijakan BI dan respons investor terhadap dinamika global. 

Sentimen positif yang muncul dari penahanan BI-Rate menjadi pijakan optimisme, sementara berbagai informasi dari pasar internasional menjadi penyeimbang yang memaksa investor untuk tetap berhati-hati.

Pasar saham Indonesia kembali memperlihatkan ketangguhannya dalam menghadapi perubahan global, terutama ketika kebijakan domestik mampu memberikan kepastian. 

Dengan dukungan kebijakan moneter yang konsisten dan kondisi pasar global yang mulai menunjukkan tanda stabilisasi, pergerakan IHSG diperkirakan tetap berada dalam jalur positif, meskipun tetap harus mencermati risiko jangka pendek yang berasal dari faktor eksternal.

Terkini