JAKARTA - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengajak Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (Perteta) ikut berperan aktif dalam program hilirisasi sumber daya pertanian.
Tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah komoditas, memperkuat perekonomian desa, dan mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.
Amran menegaskan bahwa peluang yang dimiliki Indonesia sangat besar dan harus dimanfaatkan secara optimal.
Pemerintah saat ini tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tetapi juga menggerakkan hilirisasi komoditas sebagai strategi ekonomi kerakyatan yang dapat menciptakan lapangan kerja dan menumbuhkan industri nasional.
Dengan dukungan Perteta, diharapkan teknologi pertanian dapat dikembangkan lebih cepat dan aplikatif, sehingga inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi maupun insinyur pertanian dapat langsung memberikan manfaat bagi petani.
Potensi Hilirisasi dan Nilai Tambah Komoditas
Mentan mencontohkan pengolahan kelapa sebagai contoh nyata nilai tambah hilirisasi. Jika kelapa dijual mentah dengan harga rendah, nilainya terbatas. Namun, jika diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti VCO atau coconut milk, potensinya meningkat berkali-kali lipat.
Amran menyebutkan ekspor kelapa dan turunannya saat ini mencapai Rp24 triliun, dan potensi nilainya dapat melonjak hingga Rp2,4 kuadriliun bila seluruh produksi diolah secara optimal.
Hal ini menjadi indikator jelas bahwa hilirisasi dapat menjadi lokomotif ekonomi baru, menciptakan peluang usaha, dan meningkatkan kesejahteraan petani di berbagai daerah.
Dengan strategi ini, hilirisasi tidak hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga mendorong inovasi teknologi pertanian, memperkuat industri pengolahan hasil pertanian, dan memberikan solusi nyata terhadap tantangan pangan nasional.
Dorongan Inovasi dan Produksi Alat Pertanian
Amran juga mendorong Perteta untuk memproduksi alat pertanian dan teknologi hilirisasi yang dapat langsung diuji coba oleh Kementerian Pertanian. Ia menekankan pentingnya penelitian yang aplikatif, bukan sekadar akademik, dan meminta perguruan tinggi menghasilkan prototipe nyata yang bermanfaat bagi petani.
Beberapa fokus riset yang diusulkan antara lain desain alat tanam murah, teknologi pengolahan hasil seperti VCO, sensor pertanian, drone, hingga traktor amfibi untuk lahan rawa. Pemerintah siap menyerap inovasi yang terbukti efektif, dengan anggaran pertanian digunakan untuk membeli alat yang benar-benar aplikatif di lapangan.
Langkah ini mencerminkan strategi pemerintah untuk memastikan inovasi pertanian dapat langsung diterapkan dan memberikan dampak nyata bagi produktivitas serta efisiensi produksi, sekaligus mendukung hilirisasi komoditas strategis.
Penghargaan dan Capaian Swasembada Pangan
Dalam forum tersebut, Perteta menganugerahkan gelar Bapak Swasembada Pangan Nasional kepada Menteri Amran Sulaiman sebagai pengakuan atas keberhasilan mengawal surplus beras nasional.
Prestasi ini menjadi bukti nyata transformasi sektor pangan, di mana tahun ini Indonesia diproyeksikan surplus sekitar 4 juta ton, meningkat signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Ketua Umum Perteta, Desrial, menegaskan bahwa capaian ini menunjukkan kemajuan sektor pertanian berkat kepemimpinan Amran, termasuk penguatan hilirisasi dan optimalisasi teknologi pertanian.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan produksi beras nasional mencapai 34,77 juta ton, meningkat 13,54 persen dari tahun sebelumnya.
Penghargaan ini sekaligus menjadi motivasi bagi seluruh pihak, termasuk Perteta, untuk terus mengembangkan inovasi dan teknologi pertanian yang mendukung hilirisasi.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya dapat menjaga ketahanan pangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis agrikultur dan menjadikan sektor pangan sebagai motor penggerak pembangunan nasional.