JAKARTA - Bank Indonesia terus menjalankan kebijakan moneter yang fleksibel untuk mendukung perekonomian nasional.
IMF menilai langkah pelonggaran yang sudah dilakukan BI berada di jalur yang tepat.
Pemangkasan suku bunga sebesar 150 basis poin serta berbagai langkah penambah likuiditas dinilai berhasil memperkuat penyaluran kredit di tengah tekanan global. Langkah ini turut membantu menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas pasar keuangan.
Kepala misi IMF menekankan bahwa strategi pelonggaran yang terukur memungkinkan ruang bagi penurunan suku bunga lanjutan. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan agar kebijakan tetap efektif tanpa menimbulkan risiko jangka menengah.
Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam menetapkan penurunan bunga berikutnya, BI harus memperhatikan tiga faktor utama. Pertama, efek tertunda dari kebijakan moneter yang sudah berjalan agar dampaknya optimal.
Kedua, stimulus fiskal yang masih mendukung ekonomi perlu diperhitungkan agar sinkronisasi kebijakan tetap terjaga. Ketiga, penting untuk menjaga ruang penyangga terhadap guncangan eksternal yang mungkin terjadi.
Keseimbangan antara pelonggaran moneter dan kesiagaan menghadapi risiko global menjadi kunci agar stabilitas ekonomi tetap terjaga. Hal ini sekaligus memberi sinyal positif bagi investor dan pelaku usaha di dalam negeri.
Fleksibilitas Nilai Tukar dan Intervensi Valas
IMF menekankan pentingnya fleksibilitas nilai tukar untuk menyerap guncangan eksternal. Pasar valas Indonesia yang relatif dangkal membuat intervensi valas tetap menjadi bagian dari respons kebijakan jika dibutuhkan.
Dengan nilai tukar yang fleksibel, BI dapat menahan volatilitas yang berlebihan dan mendukung stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Intervensi valas diharapkan bersifat selektif dan tidak mengganggu arah fundamental jangka menengah.
Langkah ini sejalan dengan strategi pelonggaran moneter yang tetap menjaga kestabilan eksternal, sehingga perekonomian nasional bisa lebih tangguh menghadapi ketidakpastian global.
Posisi Eksternal Indonesia dan Stabilitas Ekonomi
Menurut IMF, posisi eksternal Indonesia saat ini secara umum sejalan dengan fundamental jangka menengah. Artinya, pelonggaran moneter yang dilakukan BI tidak akan mengganggu stabilitas eksternal selama dijalankan secara terukur.
Penilaian ini mencakup cadangan devisa yang cukup, neraca perdagangan yang relatif stabil, serta aliran modal yang terkontrol. Dengan kondisi tersebut, Indonesia memiliki ruang untuk menyesuaikan kebijakan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
IMF menegaskan bahwa fleksibilitas kebijakan, baik moneter maupun fiskal, tetap menjadi kunci agar perekonomian nasional mampu bertahan dalam menghadapi gejolak global. Dengan langkah yang hati-hati namun responsif, BI masih memiliki kemampuan untuk menurunkan suku bunga tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi.