Kenali Gejala Dini Demensia untuk Menjamin Hidup Lebih Sehat dan Berkualitas

Senin, 17 November 2025 | 13:30:44 WIB
Kenali Gejala Dini Demensia untuk Menjamin Hidup Lebih Sehat dan Berkualitas

JAKARTA - Demensia atau penyakit pikun menjadi salah satu tantangan kesehatan yang signifikan di Indonesia, dengan lebih dari 1,2 juta orang diperkirakan mengalami kondisi ini. 

Penyakit ini umumnya menyerang individu berusia di atas 50 tahun dan memengaruhi fungsi kognitif seperti ingatan, emosi, serta kemampuan mengambil keputusan.

Pada tahap awal, gejala demensia bisa terlihat sederhana, misalnya kesulitan mengingat nama atau wajah orang. Namun, seiring berjalannya waktu, pasien dapat mengalami gangguan lebih serius hingga melupakan fungsi dasar, termasuk cara berpikir dan berjalan.

Deteksi dini menjadi sangat penting karena meskipun demensia belum bisa disembuhkan, perjalanan penyakit dapat diperlambat dengan penanganan yang tepat. Jika terdeteksi terlalu lambat, upaya memperbaiki kualitas hidup pasien menjadi sangat terbatas.

Membedakan Lupa Biasa dan Gejala Demensia

Dian Purnomo dari Alzheimer’s Indonesia (ALZI) menekankan pentingnya membedakan antara lupa biasa dan tanda awal demensia. "Kalau lupa ciri-cirinya 'oh saya taruh apa di mana', masih bisa ingat lagi, itu bukan Alzheimer," jelasnya.

Namun, lupa yang merupakan gejala demensia lebih kompleks. Dian memberi contoh: seseorang yang ingin mengirim surat di kantor pos, tiba di rumah melihat surat masih di tas dan bingung kenapa bisa begitu. Hal ini menunjukkan gangguan mengumpulkan memori, sehingga perlu segera konsultasi ke dokter.

Jika dibiarkan, dampak demensia akan semakin parah. Pada tingkat lanjut, pasien bisa kesulitan menelan karena lupa bagaimana cara mengunyah, hal dasar yang biasanya dilakukan tanpa berpikir. 

Oleh karena itu, peran caregiver sangat penting dalam memantau gejala, membujuk pasien untuk melakukan deteksi dini, dan memastikan kualitas hidup tetap terjaga.

Gejala Jelas yang Harus Diwaspadai

Gejala demensia yang biasanya baru memicu kunjungan ke dokter meliputi perilaku yang signifikan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Beberapa tanda yang sering muncul antara lain:

Suka menuduh orang mencuri.

Lupa tanda tangan sendiri.

Barang-barang sering hilang.

Dian menekankan bahwa pasien sering kali tidak menyadari kondisi mereka atau menolak dianggap sakit (denial). Oleh karena itu, generasi muda perlu lebih waspada dan ikut membantu dalam proses deteksi dini. 

“Yang tua kalau sudah kena biasanya dia akan denial ‘siapa yang pikun? Nggak ada’. Jadi yang muda harus lebih aware,” tegasnya.

Selain itu, mengenali gejala dini juga bisa membantu dalam menerapkan strategi pencegahan, seperti stimulasi otak, menjaga pola hidup sehat, serta memonitor tekanan darah dan gula darah, yang terbukti memiliki peran dalam kesehatan kognitif jangka panjang.

Upaya Pencegahan dan Deteksi Dini

Deteksi dini demensia tidak hanya penting bagi pasien, tetapi juga bagi keluarga yang menjadi caregiver. Edukasi tentang gejala awal, pemantauan rutin, serta latihan mental dapat memperlambat progresi penyakit.

Program kampanye dari ALZI menekankan pentingnya mengenali tanda awal, khususnya bagi individu yang berisiko tinggi. Aktivitas seperti bermain puzzle, membaca, berolahraga, dan interaksi sosial dapat merangsang fungsi otak dan membantu menunda munculnya gejala lebih berat.

Selain stimulasi mental, gaya hidup sehat seperti pola makan seimbang, kontrol tekanan darah, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan rutin sangat disarankan. Kombinasi pendekatan ini dapat membantu pasien mempertahankan kualitas hidup lebih lama dan mengurangi beban keluarga.

Dengan pemahaman yang baik tentang tanda-tanda awal demensia, masyarakat dapat lebih siap menghadapi tantangan penyakit degeneratif ini. Langkah proaktif, deteksi dini, dan dukungan keluarga menjadi kunci untuk menjaga fungsi kognitif tetap optimal dan memperpanjang kualitas hidup pasien.

Terkini