Penanganan Stroke yang Tepat dan Cepat Dapat Memaksimalkan Kesempatan Sembuh

Senin, 17 November 2025 | 12:30:59 WIB
Penanganan Stroke yang Tepat dan Cepat Dapat Memaksimalkan Kesempatan Sembuh

JAKARTA - Stroke menjadi salah satu penyakit paling serius di Indonesia, berkontribusi besar terhadap angka kematian dan kecacatan. 

Di Tanah Air, stroke menyumbang sekitar 18,5 persen dari total kematian dan 11,2 persen dari total kasus kecacatan.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), Dr. dr. Dodik Tugasworo, Sp.N(K), M.H., menegaskan bahwa stroke termasuk penyakit yang menakutkan karena risiko komplikasi dan kecacatan yang tinggi. 

Menurutnya, kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dan membawa pasien segera ke fasilitas medis menjadi kunci penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah cacat permanen.

Penanganan cepat berperan menentukan hasil pemulihan pasien. Istilah “golden period” atau waktu emas penanganan stroke merujuk pada periode 4,5 jam sejak gejala muncul. 

Dalam periode ini, pasien harus dibawa ke rumah sakit agar dokter dapat melakukan trombolisis, yakni pemberian obat untuk melarutkan sumbatan pada stroke iskemik.

Golden Period dan Time is Brain

Trombolisis dianggap lebih efektif jika diberikan segera setelah gejala muncul, idealnya dalam tiga jam pertama. Dr. Dodik menekankan pentingnya “secepatnya ke rumah sakit” karena setiap menit keterlambatan dapat merenggut sekitar 1,9 juta sel otak.

Konsep “time is brain” ini menjadi prinsip penting dalam penanganan stroke. Semakin cepat pasien mendapatkan pertolongan, semakin besar peluang sel otak terselamatkan, dan risiko kecacatan berkurang.

Selain penanganan medis, upaya pencegahan menjadi langkah strategis. Gaya hidup sehat, termasuk aktivitas fisik teratur, diakui mampu menurunkan risiko stroke.

American Heart Association (AHA) dan American Stroke Association (ASA) merekomendasikan aktivitas fisik intensitas sedang minimal 150 menit per minggu, atau intensitas berat minimal 75 menit per minggu, serta menghindari perilaku sedentari atau kurang gerak.

Senam Pencegahan Stroke dan Aktivitas Fisik

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, peringatan World Stroke Day digelar dengan berbagai kegiatan edukasi dan olahraga. Salah satunya adalah senam pencegahan stroke, yang dirancang untuk menggerakkan seluruh otot dan sendi, mulai dari leher, lengan, punggung, perut, panggul, hingga lutut dan kaki.

Senam ini tidak hanya bermanfaat untuk melatih koordinasi saraf dan otot, tetapi juga menstimulasi sirkulasi darah, membantu mengendalikan hipertensi, mencegah diabetes, obesitas, dan serangan jantung. 

Ketua Panitia Peringatan Hari Stroke, dr. Yuliana Imelda Ora Adja, M. Biomed. SpN, menjelaskan bahwa aktivitas fisik yang teratur memiliki efek sistemik yang signifikan bagi kesehatan masyarakat.

Program ini dirancang agar masyarakat, khususnya mereka yang berisiko tinggi, bisa lebih sadar akan pentingnya gerakan fisik. Dengan demikian, angka kejadian stroke dapat ditekan melalui pencegahan primer dan kesadaran akan kesehatan.

Edukasi dan Pemeriksaan Kesehatan Publik

Selain aktivitas fisik, peringatan Hari Stroke juga menghadirkan edukasi bagi masyarakat dan tenaga kesehatan. Acara ini mencakup simposium, lokakarya, dan peluncuran Guideline Stroke Nasional, untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis dalam penanganan stroke.

Tidak ketinggalan, pemeriksaan kesehatan publik dilakukan di ruang publik, meliputi pengukuran tekanan darah, gula darah sewaktu, dan kolesterol total. Pemeriksaan ini memungkinkan deteksi dini faktor risiko stroke, sehingga masyarakat dapat segera mengambil langkah pencegahan.

Melalui kombinasi edukasi, aktivitas fisik, dan pemeriksaan kesehatan, masyarakat diajak memahami bahwa pencegahan stroke bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga upaya kolektif untuk menurunkan angka kecacatan dan kematian. 

Pendekatan ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini dan penanganan cepat ketika gejala muncul.

Terkini