Standar Upah Minimum Indonesia yang Wajib Diketahui oleh Semua Pekerja

Senin, 17 November 2025 | 11:31:24 WIB
Standar Upah Minimum Indonesia yang Wajib Diketahui oleh Semua Pekerja

JAKARTA - UMR, UMP, dan UMK merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan standar upah minimum di Indonesia. 

Sebelumnya, istilah UMR dipakai untuk menyebut upah minimum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 226 Tahun 2000, istilah UMR diubah menjadi UMP untuk tingkat provinsi dan UMK untuk kabupaten/kota. 

Perubahan ini menegaskan pembagian kewenangan dalam menetapkan upah minimum agar lebih terstruktur dan sesuai dengan kondisi ekonomi masing-masing wilayah.

UMP ditetapkan gubernur dan berlaku untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi tersebut, sementara UMK diajukan oleh bupati atau wali kota dan disahkan gubernur. Meski UMR secara resmi tidak digunakan lagi, masyarakat masih kerap memakai istilah ini sebagai sebutan umum untuk upah minimum.

Transformasi ini menunjukkan upaya pemerintah untuk menciptakan mekanisme pengupahan yang lebih adil dan transparan, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan biaya hidup di tiap wilayah. 

Perubahan tersebut juga memberikan dasar hukum yang lebih jelas bagi pekerja dan pengusaha dalam menyusun kontrak kerja dan perhitungan gaji.

Perbedaan UMR, UMP, dan UMK menjadi penting untuk dipahami agar masyarakat mengetahui hak mereka sesuai dengan wilayah tempat bekerja, sekaligus memberikan gambaran bagi pengusaha tentang standar minimum yang harus dipenuhi.

Upah Minimum Provinsi dan Penetapannya

UMP adalah standar upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota dalam satu provinsi. Penetapan UMP dilakukan gubernur dan menjadi acuan minimum bagi pekerja sektor formal di provinsi tersebut.

Sebelum adanya perubahan, UMP dikenal sebagai UMR Tingkat I. Penetapan UMP menggunakan formula berbasis inflasi year-on-year dan pertumbuhan ekonomi dari Produk Domestik Bruto kuartal III dan IV. Besaran nominal UMP berbeda di tiap provinsi karena menyesuaikan kondisi ekonomi lokal dan biaya hidup masyarakat.

Kabupaten atau kota yang tidak mengusulkan UMK akan mengikuti UMP sebagai standar minimum upah. Hal ini memastikan adanya keseragaman upah minimum di wilayah yang belum memiliki UMK sendiri.

Pemerintah provinsi memiliki peran strategis dalam menyeimbangkan antara kebutuhan pekerja, kapasitas pengusaha, dan target pertumbuhan ekonomi. Mekanisme ini juga memberikan arah yang jelas bagi penetapan upah di tingkat kabupaten/kota sehingga seluruh wilayah dalam provinsi dapat beroperasi dengan standar minimum yang sama.

Selain itu, UMP berfungsi sebagai tolok ukur bagi pengembangan kebijakan ketenagakerjaan, termasuk perencanaan jaminan sosial, perlindungan pekerja, dan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Dampaknya

UMK merupakan standar upah minimum di tingkat kabupaten/kota. Besarannya diajukan oleh bupati atau wali kota dan kemudian disahkan gubernur setelah mempertimbangkan rekomendasi dewan pengupahan daerah.

UMK umumnya lebih tinggi daripada UMP karena mempertimbangkan kebutuhan hidup di masing-masing wilayah, termasuk harga kebutuhan pokok, biaya transportasi, dan faktor sosial-ekonomi lokal.

Penetapan UMK dilakukan setelah UMP diumumkan agar masing-masing kabupaten/kota memiliki acuan yang jelas, namun tetap selaras dengan standar provinsi. Hal ini membantu pengusaha untuk menyusun strategi pengupahan yang sesuai dengan kondisi lokal, sekaligus menjamin pekerja memperoleh upah yang layak.

Dengan adanya UMK, pemerintah daerah dapat mengatur keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, sekaligus memberikan kepastian hukum bagi pengusaha dalam menentukan biaya tenaga kerja. 

Penetapan UMK yang adil dan transparan juga mendorong stabilitas pasar tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan warga di tingkat lokal.

Faktor Penentu dan Pemahaman Publik

Perbedaan antara UMR, UMP, dan UMK terletak pada status regulasi dan cakupan wilayahnya. UMR adalah istilah lama yang secara resmi tidak berlaku, UMP berlaku di tingkat provinsi, dan UMK berlaku di tingkat kabupaten/kota. Meski begitu, istilah UMR masih sering digunakan masyarakat sebagai rujukan umum untuk upah minimum.

Banyak faktor yang memengaruhi besaran upah minimum, termasuk inflasi, pertumbuhan ekonomi, rata-rata konsumsi, dan jumlah tenaga kerja. Mekanisme ini berlaku baik untuk UMP maupun UMK, sehingga setiap wilayah memiliki formula penetapan yang mempertimbangkan kondisi lokal.

Pemahaman masyarakat terhadap perbedaan UMR, UMP, dan UMK menjadi penting agar pekerja dapat menilai apakah upah yang diterima sesuai standar minimum yang berlaku di wilayahnya. Selain itu, pengusaha juga mendapat panduan yang jelas dalam menetapkan upah sehingga risiko sengketa dapat diminimalkan.

Sistem pengupahan yang terstruktur ini mencerminkan upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial bagi tenaga kerja, menjaga daya beli masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan. 

Dengan pemahaman yang baik, seluruh pemangku kepentingan dapat berpartisipasi dalam menciptakan iklim ketenagakerjaan yang stabil dan sejahtera di seluruh Indonesia.

Terkini