PTBA Tegaskan Dukungan pada Kebijakan Batu Bara Nasional di Masa Transformasi Energi

Senin, 17 November 2025 | 10:31:12 WIB
PTBA Tegaskan Dukungan pada Kebijakan Batu Bara Nasional di Masa Transformasi Energi

JAKARTA - Wacana pemerintah untuk memperbesar porsi pasokan dalam negeri batu bara menjadi bahan perhatian bagi berbagai pelaku industri, termasuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai salah satu tambang pelat merah terbesar di Indonesia.

 Perusahaan ini menyatakan dukungan terhadap upaya pemerintah menjaga ketahanan energi nasional, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik berbasis batu bara yang dikelola PLN. Dukungan tersebut dianggap sebagai bagian penting dari kontribusi sektor pertambangan dalam memastikan ketersediaan energi yang stabil.

Namun PTBA memberikan catatan terkait rencana tersebut, terutama mengenai perlunya evaluasi harga pasokan domestik atau Domestic Price Obligation (DPO). Menurut perusahaan, penetapan harga yang berlaku selama ini perlu ditinjau ulang agar selaras dengan dinamika operasional tambang dan keberlanjutan usaha. 

Hal itu disampaikan Corporate Secretary Division Head PTBA Eko Prayitno, yang menjelaskan bahwa realisasi DMO PTBA selama beberapa tahun telah melebihi 50 persen.

Eko menuturkan bahwa hingga akhir September, realisasi DMO PTBA sudah mencapai 52 persen, jauh melampaui kewajiban minimal 25 persen yang ditetapkan pemerintah. 

Ia menegaskan bahwa PTBA selalu berkomitmen memenuhi pasokan bagi kebutuhan domestik, tetapi berharap peningkatan porsi DMO sejalan dengan penyesuaian harga agar tetap adil bagi perusahaan.

Dorongan Evaluasi Harga dan Efisiensi Industri

Eko menjelaskan bahwa harga batu bara khusus pembangkit saat ini berada di level 70 dolar AS per ton, sementara untuk industri semen dan pupuk berada pada kisaran 90 dolar AS per ton. Harga tersebut telah ditahan pemerintah sejak beberapa tahun lalu. 

Menurutnya, peninjauan kembali harga akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan domestik dan keberlanjutan bisnis para pelaku industri pertambangan.

Selain meminta evaluasi harga, PTBA menegaskan bahwa perusahaan terus memperbesar kapasitas produksi serta melakukan investasi dalam infrastruktur logistik.

Salah satu proyek strategis yang tengah dikembangkan adalah angkutan batu bara Tanjung Enim–Kramasan yang diharapkan memperlancar distribusi bahan baku ke pasar domestik. Proyek tersebut dipandang sebagai langkah menuju sistem suplai yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Di sisi lain, PTBA tetap memfokuskan perhatian pada efisiensi operasional agar pasokan domestik tetap terjamin. Perusahaan menegaskan komitmen jangka panjang dalam menjaga stabilitas distribusi, khususnya kepada konsumen dalam negeri yang membutuhkan suplai batu bara secara berkelanjutan.

Respons Pemerintah dan Evaluasi Produksi Nasional

Dari sisi pemerintah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa hingga kini belum ada rencana untuk mengubah harga DMO batu bara. Ia menegaskan bahwa kebijakan harga tetap berada pada tahap yang sama dan belum diputuskan untuk ditinjau ulang. 

Meski demikian, pemerintah memang sedang mempertimbangkan untuk memperbesar porsi DMO seiring perubahan target produksi batu bara nasional.

Kementerian ESDM juga sedang memasuki masa evaluasi terkait rencana pengurangan produksi batu bara tahun mendatang. Hal ini dilakukan berbarengan dengan proses penyampaian RKAB 2026 dari perusahaan tambang. 

Bahlil mengungkapkan bahwa proyeksi RKAB periode sebelumnya menunjukkan angka produksi yang jauh lebih tinggi dibanding kebutuhan pasar, sehingga diperlukan penyesuaian agar sesuai dengan permintaan aktual.

Ia juga menyoroti bahwa kebutuhan batu bara nasional untuk pembangkit PLN berada pada kisaran 140 hingga 160 juta ton. Sementara permintaan global diperkirakan sekitar 1,3 miliar ton, dan Indonesia mampu memasok hingga 600 juta ton. 

Dengan demikian, pemerintah sedang mempertimbangkan apakah peningkatan DMO diperlukan atau cukup dengan proporsi yang berlaku saat ini.

Kinerja Produksi PTBA dan Dinamika Pasar Global

PTBA mencatatkan produksi batu bara sebesar 35,89 juta ton hingga September, meningkat 9 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan 32,97 juta ton. 

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menyampaikan bahwa kenaikan produksi tersebut berjalan beriringan dengan peningkatan volume penjualan sebesar 8 persen menjadi 33,7 juta ton dari sebelumnya 31,27 juta ton. Porsi penjualan domestik PTBA mencapai 56 persen, sementara ekspor berada pada 44 persen.

PTBA mengekspor batu bara ke sejumlah negara tujuan utama seperti Bangladesh, India, Filipina, Vietnam, dan Korea Selatan. Meski volume penjualan tumbuh, pendapatan usaha perusahaan hanya naik tipis secara tahunan, yakni dari 30,65 triliun rupiah menjadi 31,33 triliun rupiah. 

Kenaikan pendapatan yang terbatas ini dipengaruhi penurunan harga jual rata-rata sekitar 6 persen, mengikuti tren penurunan indeks global seperti Newcastle Index dan ICI-3.

Dari sisi operasional, PTBA mencatat peningkatan volume angkutan batu bara sebesar 8 persen menjadi 30 juta ton. Rasio pengupasan atau stripping ratio turun menjadi 5,98 kali dari sebelumnya 6,02 kali, menunjukkan efisiensi pada kegiatan operasional. 

Secara keseluruhan, kinerja PTBA menunjukkan kemampuan adaptasi perusahaan terhadap dinamika pasar sekaligus komitmen mendukung kebijakan energi nasional.

Terkini