PUBG dan E-Sport: Peluang dan Tantangan Untuk Generasi Muda Indonesia

Jumat, 14 November 2025 | 15:35:14 WIB
PUBG dan E-Sport: Peluang dan Tantangan Untuk Generasi Muda Indonesia

JAKARTA - PlayerUnknown’s Battlegrounds, atau PUBG, telah menjadi fenomena global dalam dunia gim dan e-sport. 

Bermula dari ide Brendan Greene, seorang desainer Irlandia yang dikenal dengan julukan “PlayerUnknown,” PUBG muncul sebagai game battle royale yang menegangkan dan kompetitif. 

Terinspirasi film Jepang Battle Royale, Greene mengembangkan mod game sebelum akhirnya dipekerjakan oleh PUBG Studio Korea Selatan untuk menciptakan PUBG: Battlegrounds. 

Gim ini pertama kali dirilis di Steam pada Maret 2017 dalam versi early access dan resmi pada Desember 2017, mendapatkan berbagai penghargaan termasuk “Game of the Year.”

Konsep PUBG sederhana namun memacu adrenalin: 100 pemain diterjunkan ke pulau terpencil, dengan satu pemenang atau satu tim yang bertahan. Mode permainan yang bervariasi solo, duo, atau squad menjadikan gim ini sangat kompetitif. 

Keberhasilan versi PC mendorong pengembangan PUBG Mobile oleh Tencent Games, yang dirilis secara global pada Maret 2018. Popularitasnya meroket, bahkan di Indonesia, menjadi salah satu gim paling banyak dimainkan dan membuka jalan bagi turnamen e-sport nasional dan internasional. Dengan lebih dari 500 juta unduhan di Google Play Store, PUBG jelas menjadi simbol era baru e-sport.

Kekhawatiran dan Pembatasan Bagi Anak

Meski populer, pemerintah menyoroti dampak PUBG terhadap anak-anak. Mensesneg Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa gim bergenre tembak-menembak dapat menormalisasi kekerasan secara psikologis bagi anak. 

Pemerintah tengah mengkaji pembatasan penggunaan gim online ini, terutama setelah peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta yang memicu kekhawatiran masyarakat.

Namun, Ketua Bidang Hubungan Internasional PB ESI, Eddy Lim, menekankan bahwa anggapan tersebut perlu dikaji ulang. Ia menilai pemain gim kompetitif lebih fokus pada strategi, koordinasi tangan-mata, dan refleks daripada perilaku agresif di dunia nyata. 

Menurutnya, e-sport dapat menjadi sarana pengembangan kemampuan teknis, termasuk latihan fisik dan mental, serta membangun konsentrasi dan kedisiplinan bagi pemain profesional.

E-Sport sebagai Industri dan Karier Baru

Dalam satu dekade terakhir, e-sport tumbuh menjadi industri besar dengan jutaan penggemar di Indonesia. PUBG Mobile mendorong lahirnya atlet profesional, komentator, analis, hingga kreator konten. Turnamen PUBG Mobile di Indonesia sudah mencapai level internasional, dengan hadiah miliaran rupiah dan disiarkan secara profesional.

Namun, keterlibatan anak-anak dalam e-sport harus diimbangi pengawasan orangtua dan edukasi digital. Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, menekankan pentingnya pendampingan dan pembatasan usia saat anak bermain gim. 

Tanpa pengawasan, anak bisa terpapar konten tidak sesuai usia dan menghabiskan waktu secara berlebihan, yang dapat menimbulkan gangguan tidur atau kesehatan mental. Pendampingan aktif, edukasi digital, serta pemahaman risiko konten menjadi kunci agar gim tetap aman bagi perkembangan anak.

Literasi Digital dan Peran Orangtua

Kehadiran PUBG dan e-sport di kalangan anak dan remaja Indonesia menuntut pendekatan literasi digital yang matang. 

Margaret menekankan tiga tantangan utama: pengawasan orangtua yang sering terbatas, pemahaman regulasi usia yang minim, dan minimnya waktu pendampingan. Celah pengawasan ini dapat membuat anak mengakses konten yang tidak sesuai tanpa disadari.

Oleh karena itu, regulasi dan pendampingan harus berjalan seiring. Orangtua diharapkan bisa memberi arahan, seperti membatasi jenis konten dan durasi bermain, serta mendampingi anak saat mengakses platform digital. 

Pendekatan sistematis dan konsisten diperlukan agar anak dapat menikmati hiburan digital secara positif, memanfaatkan potensi e-sport untuk prestasi, dan terhindar dari risiko negatif.

PUBG dan e-sport, meski kontroversial, tetap menjadi bagian penting dari budaya digital anak muda Indonesia. Dengan pengawasan yang tepat, pendidikan digital, dan pembatasan usia yang jelas, fenomena ini dapat menjadi sarana prestasi, kreativitas, dan peluang karier baru bagi generasi muda.

Terkini