JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak fluktuatif, namun secara keseluruhan cenderung melemah di kisaran Rp16.730–Rp16.770.
Sebagai perbandingan, pada penutupan sebelumnya rupiah ditutup melemah 11 poin ke level Rp16.728. Pelemahan ini terjadi di tengah menurunnya arus masuk dana asing ke pasar obligasi pemerintah Indonesia sepanjang tahun ini.
Investor global cenderung menarik dana akibat meningkatnya ketidakpastian fiskal, sehingga arus masuk bersih sepanjang 2025 tersisa hanya US$25 juta, jauh lebih rendah dibanding posisi puncak sekitar US$4,6 miliar pada akhir Agustus.
Eksodus investor global tercermin dari pelepasan obligasi pemerintah Indonesia senilai US$84 juta pada awal pekan ini. Para pengelola dana memantau perkembangan kebijakan fiskal pemerintah, khususnya setelah penunjukan Menteri Keuangan baru pada September lalu.
Kekhawatiran muncul terkait potensi revisi batas defisit anggaran yang selama puluhan tahun dijaga, untuk memberi ruang lebih besar bagi belanja pemerintah.
Kepala ekonom di Societe Generale menilai bahwa peningkatan pengeluaran fiskal terjadi sementara pertumbuhan ekonomi masih terlihat lemah, dan saat ini tidak banyak pendorong pertumbuhan selain kebijakan moneter bank sentral.
Sentimen Domestik dan Kecenderungan Arus Dana Lokal
Berbeda dengan investor global, arus dana domestik justru menunjukkan peningkatan. Data resmi mencatat bank-bank lokal, reksa dana, perusahaan asuransi, dan dana pensiun memperbesar kepemilikan obligasi pemerintah pada bulan Oktober dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan ini didukung oleh likuiditas besar dari penempatan kas pemerintah di bank-bank BUMN. Di sisi lain, imbal hasil obligasi acuan 10 tahun turun sekitar 90 basis poin sepanjang tahun ini, mencapai level terendah sejak Januari 2021 pada akhir Oktober.
Meski demikian, nilai tukar rupiah tetap berada di bawah tekanan, dengan pelemahan yang hampir menyentuh rekor terendah. Para pelaku pasar kini menantikan kejelasan sikap fiskal pemerintah dan prospek pertumbuhan ekonomi, yang akan menjadi faktor penentu arah investasi di surat utang negara.
Analis pasar menyoroti target defisit APBN 2026 sebesar 2,68% dari PDB, yang lebih tinggi dari kisaran aman 2,45%–2,53% dari PDB. Target defisit ini meningkat dibandingkan RAPBN sebelumnya sebesar 2,48% dari PDB, dan menjadi perhatian bagi investor yang menilai risiko fiskal serta potensi pengaruhnya terhadap stabilitas rupiah.
Target Defisit APBN dan Implikasinya
Pemerintah menetapkan target defisit APBN 2026 sebesar Rp689,1 triliun atau 2,68% dari PDB, meningkat dibandingkan target awal RAPBN sebesar Rp638,8 triliun atau 2,48% dari PDB.
Proyeksi defisit aman pada tahun-tahun berikutnya juga diatur, yakni 2,35%–2,50% pada 2027, 2,32%–2,50% pada 2028, dan 2,24%–2,50% pada 2029. Para pengamat menilai bahwa meski target defisit meningkat, pemerintah tidak menjelaskan lebih rinci dasar penetapan target terhadap batas aman PDB.
Hal ini menimbulkan perhatian investor di pasar uang karena potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, meski di sisi lain, kebijakan moneter bank sentral dan dukungan arus dana domestik memberikan stabilisasi.
Prospek ini membuat pelaku pasar terus memantau pengumuman kebijakan fiskal dan kinerja penerbitan obligasi untuk menyesuaikan strategi investasi mereka.
Pembukaan Pasar dan Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini
Pada awal perdagangan hari ini, rupiah sempat bergerak menguat tipis. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar tercatat berada di posisi Rp16.715 per dolar AS pada pembaruan pagi hari, atau menguat 13 poin atau 0,08% dari posisi sebelumnya.
Penguatan ini menunjukkan adanya sentimen positif sementara di pasar, meski masih dibayangi risiko tekanan dari ekspektasi defisit dan arus dana asing yang menurun. Pergerakan awal ini memberikan indikasi bahwa pasar masih menyesuaikan diri dengan dinamika fiskal domestik dan kondisi global.
Investor cenderung berhati-hati, namun tetap memanfaatkan peluang dari likuiditas domestik yang kuat. Fluktuasi nilai tukar rupiah serta pergerakan imbal hasil obligasi menjadi fokus utama bagi pelaku pasar dalam menentukan strategi investasi di awal sesi, baik untuk transaksi harian maupun portofolio jangka menengah.