Harga Batu Bara Menguat Didukung Permintaan Musim Dingin Global

Jumat, 07 November 2025 | 11:07:04 WIB
Harga Batu Bara Menguat Didukung Permintaan Musim Dingin Global

JAKARTA - Kenaikan harga batu bara kembali menjadi sorotan pasar energi global setelah beberapa pekan bergerak fluktuatif. 

Rebound harga yang terjadi memperlihatkan respons kuat dari dinamika permintaan, terutama di negara-negara konsumsi terbesar seperti China dan India, yang mulai mengalami peningkatan kebutuhan energi menjelang musim dingin. 

Penguatan harga ini juga menunjukkan bahwa pasar masih rentan terhadap perubahan kecil dalam keseimbangan supply-demand, sehingga pergerakan harga mudah terpengaruh oleh sentimen dan kondisi pasokan di berbagai wilayah. 

Kenaikan harga batu bara yang mencapai level tertinggi dalam tiga bulan menegaskan bahwa pasar batubara internasional kini berada dalam fase yang lebih aktif dan kompetitif dibandingkan sebelumnya.

Kenaikan Harga Dipicu Ketatnya Pasokan dan Cuaca Dingin

Harga batu bara kembali menguat setelah sempat melemah, dengan nilai perdagangan terbaru menembus 114,7 dolar Amerika per ton. Angka itu menunjukkan penguatan sekitar 0,92 persen dan menjadi level tertinggi sejak beberapa bulan terakhir. 

Penguatan ini didorong terutama oleh lonjakan konsumsi listrik di China akibat cuaca lebih dingin dari biasanya yang membuat permintaan batu bara meningkat tajam.

Utilitas listrik di negara tersebut memperbesar pembelian, termasuk dari pasar internasional, karena pasokan domestik tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat mendadak.

Kenaikan harga juga tercermin pada harga batu bara di tambang mulut dan pelabuhan utama China seperti Qinhuangdao dan Caofeidian. Penurunan pasokan dari tambang lokal, pembatasan produksi demi keamanan, dan gangguan logistik akibat cuaca mendorong harga domestik naik signifikan. 

Kondisi ini menyebabkan utilitas dan trader beralih ke batu bara impor dari negara pemasok, termasuk Indonesia, Rusia, dan Mongolia. Importir bersaing mendapatkan kargo untuk pengiriman November hingga Desember, sehingga harga CFR China meningkat untuk berbagai jenis kalori.

Selain permintaan yang melonjak, pelemahan mata uang yuan terhadap dolar juga menambah tekanan biaya impor. Harga di pelabuhan utama bahkan naik ke level tertinggi dalam setahun karena ekspektasi pasokan semakin ketat. 

Stok pelabuhan yang menurun dan meningkatnya konsumsi listrik saat memasuki cuaca dingin memperkuat sentimen pasar. Trader mulai melakukan pembelian lebih awal sebagai antisipasi kemungkinan pengetatan pasokan dalam beberapa pekan mendatang.

Pembatasan Produksi Tambang Dorong Lonjakan Harga Tambang Mulut

Dalam beberapa hari terakhir, harga batu bara di area tambang China juga mengalami lonjakan. Pembatasan produksi di provinsi utama seperti Shanxi, Shaanxi, dan Mongolia Dalam menyebabkan pasokan mengecil, sementara permintaan terus naik. 

Regulasi keselamatan tambang yang lebih ketat membuat banyak perusahaan tambang mengurangi output atau bahkan menghentikan operasi sementara waktu. Situasi ini berlangsung pada saat utilitas dan sektor industri membutuhkan lebih banyak batu bara untuk menjaga pasokan energi menjelang musim dingin.

Kondisi tersebut mendorong kenaikan harga di area tambang sebesar beberapa yuan per ton dalam waktu singkat. Para penjual batu bara pun menjadi lebih agresif dalam menetapkan harga, mengikuti tren pasar yang menguat. 

Selain pembatasan produksi, kendala logistik juga menambah kesulitan pasokan. Keterbatasan kapasitas kereta pengangkut, antrian panjang gerbong, serta cuaca buruk yang menghambat pengiriman membuat alur distribusi dari tambang ke pelabuhan tersendat.

Pengetatan logistik ini berdampak langsung pada pasokan yang tersedia di pelabuhan. Trader dan pembangkit listrik terpaksa mencari pasokan dari provinsi lain atau meningkatkan pembelian impor untuk memenuhi kebutuhan mendesak. 

Kenaikan harga di tambang tidak hanya berdampak lokal tetapi juga mendorong kenaikan harga di pelabuhan utama China. Pasokan yang terbatas ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa harga batu bara global berpotensi terus menguat dalam waktu dekat.

Permintaan India dan Pasar Atlantik Ikut Mendorong Sentimen Global

Tidak hanya China, India juga mengalami kenaikan permintaan batu bara yang signifikan. Peningkatan kebutuhan energi mendorong pembangkit listrik di India melakukan pengisian ulang stok. 

Harga batu bara domestik yang naik membuat impor menjadi lebih menarik bagi importir India. Dengan demikian, permintaan dari dua negara konsumen batu bara terbesar dunia meningkat secara bersamaan, memberikan tekanan tambahan pada pasar yang sudah ketat.

Di wilayah Atlantik, utilitas Eropa meningkatkan pembelian batu bara akibat penurunan stok dan antisipasi cuaca dingin. Peningkatan permintaan dari berbagai belahan dunia memperkuat sinyal bahwa pasar batu bara global tengah memasuki fase penguatan. 

Kondisi ini diperparah oleh sejumlah gangguan pasokan di negara-negara penghasil utama seperti Indonesia dan Australia akibat cuaca buruk dan hambatan logistik. Gangguan produksi di Afrika Selatan dan Kolombia karena masalah teknis dan mogok kerja juga menambah tekanan terhadap pasokan global.

Di tengah kondisi pasar yang serba ketat ini, Indonesia justru diprediksi mengalami penurunan ekspor. Proyeksi menunjukkan ekspor batu bara Indonesia ke negara tujuan utama seperti China dan India akan menyusut sekitar 20 hingga 30 juta ton tahun ini. 

Penurunan tersebut terjadi akibat meningkatnya kapasitas produksi batu bara domestik di China, sehingga impor negara tersebut turun. Meski ekspor Indonesia mungkin berkurang, dinamika permintaan global yang meningkat tetap memberikan tekanan naik pada harga.

Terkini