BSI Perkuat Bisnis Emas Syariah, Targetkan Kelolaan Capai 34 Ton dalam Lima Tahun

Kamis, 30 Oktober 2025 | 10:00:52 WIB
BSI Perkuat Bisnis Emas Syariah, Targetkan Kelolaan Capai 34 Ton dalam Lima Tahun

JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) semakin agresif memperluas portofolio bisnisnya di sektor emas. 

Hingga kuartal III-2025, bank dengan kode saham BRIS itu telah menghimpun 19 ton emas kelolaan, dan menargetkan jumlah tersebut melonjak menjadi 34 ton dalam lima tahun ke depan.

Wakil Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, mengungkapkan prospek bisnis emas syariah masih sangat menjanjikan. Menurutnya, kinerja positif yang dicapai hingga triwulan III menjadi sinyal kuat bahwa minat masyarakat terhadap investasi emas semakin meningkat.

“Kinerja bisnis emas BSI hingga triwulan III-2025 masih menunjukkan potensi besar untuk terus bertumbuh. Saat ini emas kelolaan memang baru 19 ton, tapi kami memperkirakan hingga 2030 jumlahnya bisa mencapai 53 ton dan mungkin akan terus bertambah,” ujar Bob dalam paparan kinerja BSI kuartal III-2025 secara virtual.

Optimisme tersebut muncul seiring perubahan perilaku investasi masyarakat. Selama tiga tahun terakhir, terjadi pergeseran dari kebiasaan menabung dan berinvestasi di perhiasan, menuju kepemilikan emas batangan yang dinilai lebih stabil dan menguntungkan.

Pergeseran Investasi dan Peningkatan Permintaan Emas

Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menjelaskan bahwa tren peralihan dari emas perhiasan ke emas batangan kini makin terasa, baik di Indonesia maupun secara global. Menurutnya, investasi emas batangan mencapai 24,5 ton, melampaui investasi emas perhiasan yang berada di angka 22,8 ton.

“Dalam tiga tahun terakhir, masyarakat yang sebelumnya menempatkan dana di tabungan atau deposito kini mulai beralih ke investasi emas. Dari 2024 ke 2025, kami mencatat peningkatan signifikan investasi emas masyarakat dari 28,72% menjadi 34,02%,” jelas Anggoro.

Peningkatan minat ini juga turut didorong oleh kebijakan lisensi bank emas yang diperoleh BSI sejak Maret lalu. Dengan lisensi tersebut, BSI menjadi Bank Emas pertama di Indonesia, sekaligus membuka babak baru dalam diversifikasi bisnis syariah nasional.

Menurut Anggoro, layanan bullion kini menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BSI. Layanan ini tidak hanya memperluas basis nasabah, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nonbunga (fee-based income).

“Dengan kapabilitas sebagai bank syariah terbesar dan menjadi Bank Emas pertama di Indonesia, alhamdulillah kinerja BSI tumbuh di atas industri perbankan nasional maupun syariah,” tambah Anggoro.

Ia menjelaskan, pertumbuhan aset BSI per Agustus 2025 mencapai 11,08 persen, lebih tinggi dari rata-rata industri perbankan nasional sebesar 6,63 persen dan perbankan syariah sebesar 8,21 persen. Hal ini menegaskan posisi BSI sebagai lembaga keuangan syariah dengan kinerja paling agresif dan berdaya saing tinggi.

Inovasi dan Keamanan Emas Kelolaan

Dalam menjaga kepercayaan nasabah, BSI terus memperkuat sistem penyimpanan dan keamanan emas kelolaan. Bob Tyasika Ananta menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan model smart vaulting atau sistem pengelolaan emas yang modern dan terintegrasi.

“BSI memiliki beberapa model vaulting, di antaranya central vaulting, manage service, dan sejumlah vault di cabang-cabang utama kami. Semua ini untuk memastikan keamanan dan efisiensi operasional,” jelas Bob.

Selain memperkuat sistem penyimpanan, BSI juga menggandeng sejumlah pemasok emas strategis untuk memastikan ketersediaan stok emas yang stabil. Sinergi ini diharapkan menjadi fondasi kokoh bagi perluasan bisnis emas syariah di masa depan.

Lebih jauh, BSI juga tengah menyiapkan infrastruktur penyimpanan berkapasitas besar. Bob menyebutkan, secara keseluruhan infrastruktur tersebut berpotensi menjangkau lebih dari 1.000 titik di seluruh Indonesia, sehingga akses layanan emas BSI dapat dinikmati oleh masyarakat di berbagai daerah.

“Ke depan, nasabah tidak perlu khawatir terhadap emas yang dibeli di BSI. Kami memastikan penyimpanan dan pengelolaannya dilakukan secara aman, transparan, dan sesuai prinsip syariah,” imbuhnya.

Prospek Bisnis Emas dan Komitmen BSI ke Depan

Transformasi bisnis emas syariah menjadi salah satu pilar utama BSI dalam memperkuat ekosistem keuangan berbasis nilai Islam. Melalui layanan bullion dan lisensi Bank Emas, BSI kini tidak hanya menjadi penyedia produk investasi, tetapi juga katalisator bagi inklusi keuangan syariah nasional.

BSI melihat potensi pasar emas nasional yang masih luas. Dengan penetrasi masyarakat terhadap investasi emas yang baru mencapai sekitar 5 persen, ruang pertumbuhan bisnis ini masih terbuka lebar.

Selain itu, stabilitas harga emas dunia turut memperkuat daya tarik produk emas BSI, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pertumbuhan tersebut didukung oleh inovasi digital yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi pembelian, penyimpanan, dan penjualan emas melalui platform online BSI dengan mudah.

Dengan strategi yang berorientasi pada keamanan, kemudahan, dan keberlanjutan, BSI menargetkan peningkatan emas kelolaan menjadi 34 ton pada 2030, dan berpotensi terus bertumbuh hingga melampaui 53 ton.

Langkah ini menegaskan peran BSI sebagai pelopor dalam industri keuangan syariah modern yang tidak hanya fokus pada pembiayaan, tetapi juga pada pengelolaan aset bernilai tinggi seperti emas.

“BSI akan terus berinovasi dan memperluas jangkauan layanan agar nasabah bisa mendapatkan manfaat maksimal dari investasi emas syariah,” tutup Bob.

Terkini