Harga Batu Bara Terbang Tinggi Didukung Permintaan Global yang Stabil

Kamis, 30 Oktober 2025 | 09:00:36 WIB
Harga Batu Bara Terbang Tinggi Didukung Permintaan Global yang Stabil

JAKARTA - Harga batu bara kembali memperlihatkan tren penguatan yang konsisten di pasar global. 

Berdasarkan data perdagangan terakhir, harga batu bara ditutup di level US$109,9 per ton, naik 0,55% dibandingkan sebelumnya. Lonjakan ini membawa harga ke posisi tertinggi dalam dua bulan terakhir, menunjukkan bahwa sentimen positif terhadap komoditas energi padat karbon ini masih cukup kuat di kalangan pelaku pasar.

Dalam tiga hari perdagangan beruntun, harga batu bara telah meningkat sekitar 2%. Kenaikan berkelanjutan ini menjadi sinyal positif bahwa permintaan global tetap terjaga, terutama di tengah dukungan dari dua negara utama, yakni China dan Jerman. 

Penguatan harga juga mencerminkan adanya keseimbangan baru antara pasokan dan kebutuhan energi di sejumlah wilayah dunia, termasuk Asia dan Eropa.

Para analis menilai, pergerakan ini menjadi bagian dari tren jangka pendek yang didorong oleh faktor fundamental seperti permintaan industri dan kebijakan energi nasional di negara-negara konsumen besar. 

Di sisi lain, terbatasnya pasokan di pasar internasional turut memperkuat harga, terutama untuk jenis batu bara kokas yang digunakan dalam industri baja.

Permintaan Baja di China Dorong Kestabilan Pasar

Dari kawasan Asia, terutama China, permintaan terhadap batu bara kokas masih menjadi faktor penopang utama harga. Meskipun beberapa indikator menunjukkan pelemahan sentimen pasar, konsumsi dari sektor baja tetap stabil. 

Aktivitas pembelian memang sedikit menurun setelah lonjakan besar menjelang kuartal akhir tahun, namun kebutuhan dasar industri terhadap bahan bakar tetap tinggi.

Pelaku pasar mencatat bahwa pabrik baja di China masih melakukan pengisian ulang stok meski dalam volume yang lebih terkendali. Di sisi lain, pasokan domestik untuk batu bara berkualitas premium masih terbatas, sehingga harga di pasar lokal tetap tinggi. 

Kondisi ini turut berimbas pada keputusan para importir yang kini lebih berhati-hati karena harga batu bara dari Mongolia dan Australia juga berada di level tinggi.

Beberapa pedagang bahkan menunda transaksi baru karena khawatir harga sudah berada di puncak jangka pendek. Meski demikian, permintaan untuk kebutuhan konstruksi dan proyek infrastruktur di China diperkirakan masih kuat dalam waktu dekat. 

Hal tersebut menjadi faktor penahan koreksi harga yang mungkin muncul akibat penurunan aktivitas industri baja. Dengan demikian, stabilitas permintaan domestik terus menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan pasar batu bara global.

Kebijakan Produksi China Menahan Laju Pasokan

Selain faktor permintaan, penguatan harga batu bara juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah China yang cenderung menahan laju produksi menjelang akhir tahun.

Pemerintah setempat menerapkan pembatasan untuk menjaga kestabilan harga di pasar domestik setelah sempat terjadi lonjakan pasokan pada paruh pertama tahun yang lalu. Langkah ini dilakukan agar pasar tidak mengalami kelebihan produksi yang bisa menekan harga ke level rendah.

Regulator aset negara di China bahkan menggelar sejumlah pertemuan dengan pelaku industri, menyerukan agar harga batu bara tetap berada pada level “wajar” dan “stabil”. 

Menurut pernyataan pejabat China Coal Energy, Li Xueyuan, pasokan dan permintaan diperkirakan akan seimbang dalam waktu dekat. Kondisi tersebut akan semakin diperkuat oleh meningkatnya kebutuhan energi selama musim dingin, terutama untuk kebutuhan pemanas rumah tangga dan industri.

Kebijakan pembatasan produksi ini menyebabkan pemulihan output di China kemungkinan besar akan lebih lambat. Dengan pasokan domestik yang terbatas, ketergantungan terhadap batu bara impor masih akan tinggi, khususnya dari negara pengekspor besar seperti Indonesia dan Australia. 

Dalam konteks ini, kebijakan internal China justru menjadi pendorong utama penguatan harga batu bara dunia, karena memicu pengurangan pasokan global di tengah permintaan yang tetap solid.

Permintaan Energi Eropa Ikut Menopang Lonjakan Harga

Dari kawasan Eropa, faktor tambahan yang turut memperkuat harga batu bara datang dari meningkatnya permintaan gas di Jerman. Data statistik energi menunjukkan bahwa konsumsi gas di negara tersebut naik 3,7% pada tiga kuartal pertama tahun ini. 

Kenaikan tersebut dipicu oleh cuaca yang lebih dingin dari normal di awal tahun dan turunnya produksi listrik tenaga angin, yang membuat kebutuhan terhadap sumber energi alternatif meningkat.

Batu bara sering menjadi substitusi langsung untuk gas alam, terutama saat harga gas melonjak atau pasokannya berkurang. Oleh sebab itu, peningkatan konsumsi gas di Jerman berdampak langsung terhadap naiknya permintaan batu bara sebagai energi pengganti di pembangkit listrik. 

Hubungan harga kedua komoditas ini sangat erat, sehingga ketika harga gas naik, harga batu bara biasanya ikut terdorong.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar energi global masih menghadapi dinamika yang kompleks antara kebutuhan energi dan upaya transisi menuju sumber energi bersih.

Meski banyak negara di Eropa berkomitmen mengurangi ketergantungan terhadap batu bara, kenyataannya sumber energi ini tetap menjadi pilihan strategis untuk menjaga ketahanan pasokan, terutama pada musim dingin. 

Kenaikan konsumsi gas dan kebutuhan listrik yang meningkat menjadikan batu bara tetap relevan dalam sistem energi global saat ini.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, para analis memperkirakan harga batu bara masih akan bertahan di level tinggi hingga akhir tahun. 

Permintaan kuat dari sektor industri, kebijakan pembatasan produksi di China, serta meningkatnya konsumsi energi di Eropa menjadi kombinasi faktor utama yang menopang pasar batu bara internasional. 

Meskipun potensi koreksi jangka pendek tetap ada, arah pergerakan harga secara keseluruhan diperkirakan masih positif berkat keseimbangan antara pasokan dan permintaan yang terus terjaga.

Terkini