Neo Energy Incar Modal IPO Untuk Proyek Industri Ramah Lingkungan

Rabu, 22 Oktober 2025 | 13:27:56 WIB
Neo Energy Incar Modal IPO Untuk Proyek Industri Ramah Lingkungan

JAKARTA - PT Anugrah Neo Energy Materials (Neo Energy) tengah mempersiapkan diri untuk melantai di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun. 

IPO ini ditargetkan meraup dana lebih dari US$300 juta atau sekitar Rp4,98 triliun, yang akan dimanfaatkan untuk mendukung ekspansi bisnis dan proyek hilirisasi nikel.

Langkah ini menjadi peluang strategis bagi perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik (EV). Dengan valuasi yang diperkirakan mencapai US$2 miliar, Neo Energy menegaskan komitmennya menghadirkan material berkualitas tinggi sekaligus berkelanjutan.

Perusahaan ini berada di bawah kepemimpinan Edy Santi sebagai presiden direktur dan Hong Kah Ing sebagai presiden komisaris, serta memiliki koneksi strategis dengan investor energi Eropa melalui NEO Energy Holdings Ltd. 

Saat ini, operasi utama Neo Energy berada di dua kawasan industri hijau berstatus proyek strategis nasional: Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE) dan Neo Energy Parimo Industrial Estate (NEPIE). Kedua kawasan ini menjadi pusat pengembangan rantai pasok baterai EV dengan fokus pada keberlanjutan dan efisiensi energi.

Dengan dukungan penjamin emisi dari DBS Bank Ltd dan RHB Bank, Neo Energy mempersiapkan proses IPO secara matang. Perusahaan berharap langkah ini akan meningkatkan fleksibilitas modal, memperkuat proyek hilirisasi, dan memfasilitasi ekspansi kapasitas produksi nikel untuk memenuhi permintaan global.

Proyek Strategis dan Rantai Nilai Baterai EV

Neo Energy memiliki lima proyek utama yang menjadi tulang punggung pertumbuhan bisnisnya. Pertama, Tambang TAS di Morowali, yang telah beroperasi sejak 2010 dan memiliki cadangan nikel 200 juta ton, berperan sebagai sumber pasokan bijih utama bagi seluruh grup. 

Kedua, Tambang MDK di Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, dengan area lebih dari 10.800 hektare, menghadirkan cadangan bijih kedua dan mendukung diversifikasi pendapatan perusahaan.

Proyek ketiga adalah pembangunan Pabrik HPAL rendah karbon di NEMIE. Pabrik ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2029 dengan kapasitas produksi 61.000 ton nikel dan 4.000 ton kobalt. 

Operasi ini memanfaatkan 100% energi hijau, menjadikannya salah satu fasilitas baterai EV rendah karbon yang paling kompetitif dan berkelanjutan di Indonesia. Selain itu, dua proyek kawasan industri hijau, NEMIE dan NEPIE, difokuskan pada pengembangan rantai nilai baterai EV dan industri energi bersih. 

NEMIE menekankan integrasi fasilitas produksi dan logistik, sementara NEPIE menjadi platform ekspansi generasi berikutnya untuk gigafactory baterai, pabrik katoda, dan pemurnian logam ramah lingkungan.

Dengan pelabuhan yang dapat dikembangkan, pasokan listrik andal, dan lahan luas, kawasan ini mendukung sinergi rantai pasok di seluruh grup. Investasi dan inovasi ini menegaskan komitmen Neo Energy untuk menghadirkan produk yang etis, berkualitas tinggi, dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai global.

Langkah Strategis dan Akuisisi untuk Memperkuat Pasokan

Pada 2025, Neo Energy mengakuisisi PT Multi Dinar Karya (MDK), operator konsesi tambang nikel di Tojo Una-Una, untuk memperkuat ketahanan pasokan bijih dan skala operasi hulu. Akuisisi ini menjadi strategi penting untuk mendukung proyek HPAL dan meningkatkan fleksibilitas perusahaan menghadapi fluktuasi pasar.

Sejak awal berdiri, Neo Energy terus fokus pada rantai pasok baterai EV, mulai dari ekstraksi, pemrosesan, hingga teknologi katoda tingkat lanjut. Proyek HPAL rendah karbon dan kawasan industri hijau menjadi bukti nyata perusahaan dalam memadukan efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan. 

Pendapatan stabil dari tambang utama digunakan untuk mendanai hilirisasi dan memastikan pasokan bijih berkualitas tinggi bagi proyek-proyek masa depan.

Langkah ekspansi ini juga diselaraskan dengan strategi nasional untuk mendukung industri hijau dan energi terbarukan. Neo Energy memposisikan diri sebagai pemain kunci yang mampu menyediakan material penting bagi produsen baterai global, sekaligus berkontribusi pada dekarbonisasi dan pengurangan emisi di sektor industri berat.

Neo Energy dan Masa Depan Industri Nikel Berkelanjutan

Neo Energy menegaskan komitmen untuk menghadirkan inovasi dan keberlanjutan di seluruh rantai nilai baterai kendaraan listrik. Dengan dukungan proyek strategis nasional, kawasan industri hijau, dan kapasitas produksi yang meningkat, perusahaan siap menghadapi tantangan dan peluang di industri global.

Pabrik HPAL rendah karbon, tambang berkelanjutan, serta kawasan industri terintegrasi menjadi fondasi pertumbuhan jangka panjang. Selain itu, Neo Energy juga berupaya membangun kemitraan strategis untuk memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi penjualan melalui anak usaha perdagangan. 

Semua langkah ini menunjukkan bahwa IPO bukan sekadar pencarian modal, tetapi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat rantai nilai baterai EV dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Dengan persiapan matang, diversifikasi proyek, dan fokus pada keberlanjutan, Neo Energy diproyeksikan menjadi salah satu pemain terdepan di industri nikel dan baterai kendaraan listrik, sekaligus menjadi contoh perusahaan yang mampu menggabungkan pertumbuhan bisnis dan tanggung jawab lingkungan secara harmonis.

Terkini