Proyek DME Jadi Langkah Strategis RI Kurangi Impor LPG

Rabu, 22 Oktober 2025 | 12:23:15 WIB
Proyek DME Jadi Langkah Strategis RI Kurangi Impor LPG

JAKARTA - Pemerintah Indonesia tengah memacu hilirisasi batu bara untuk menghasilkan Dimethyl Ether (DME), sebuah terobosan energi alternatif yang diharapkan dapat menggantikan sebagian konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) impor. 

Langkah ini tidak hanya menjadi strategi pengurangan impor, tetapi juga bagian dari upaya pemerintah menuju transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai bahwa potensi besar cadangan batu bara nasional dapat dimanfaatkan secara optimal melalui konversi menjadi DME. 

Selain mendukung kemandirian energi, proyek ini juga menjadi solusi konkret untuk menekan beban subsidi LPG yang selama ini membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pemanfaatan Batu Bara Nasional untuk Energi Bersih

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menuturkan bahwa Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat melimpah. 

Namun, di sisi lain, dunia sedang mengarah pada energi hijau yang rendah emisi. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mencari cara agar batu bara tetap bisa dimanfaatkan tanpa mengorbankan komitmen terhadap energi bersih.

“Kita tahu bahwa batu bara masih cukup banyak di Indonesia. Sementara dunia menginginkan untuk adanya green energy. Nah, bagaimana caranya supaya batu bara itu bisa dimanfaatkan, tetapi kita juga green energy-nya nggak hilang. Artinya dapat juga sekalian,” kata Tri dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025,.

Dari Energi Kotor Menjadi Lebih Bersih

Transformasi batu bara menjadi DME dianggap sebagai langkah tepat untuk menjembatani kebutuhan energi nasional dengan tuntutan global terhadap pengurangan emisi karbon.

 Melalui proses kimia tertentu, batu bara dapat diubah menjadi gas sintetik yang menghasilkan DME, bahan bakar yang memiliki karakteristik serupa LPG namun dengan emisi yang lebih rendah.

“Ini kita mencoba untuk bertransformasi dari batu bara yang energi kotor menjadi yang lebih bersih melalui DME tadi,” ujar Tri.

DME hasil hilirisasi batu bara dapat digunakan langsung sebagai substitusi LPG untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Selain menekan impor, hal ini juga memperkuat ketahanan energi nasional di tengah volatilitas harga energi dunia.

Tekan Impor LPG dan Hemat Subsidi Triliunan Rupiah

Saat ini, Indonesia masih mengimpor sekitar 6 hingga 7 juta ton LPG per tahun, sebagian besar dari Amerika Serikat. 

Ketergantungan impor ini tidak hanya membebani neraca perdagangan, tetapi juga meningkatkan tekanan terhadap APBN karena tingginya subsidi yang harus dikeluarkan untuk menjaga harga LPG tetap terjangkau bagi masyarakat.

“Seperti kita ketahui bersama, LPG subsidi-nya sekitar Rp80–87 triliun setiap tahun. Nah, ini bagaimana kita bisa mengurangi itu. Nah, salah satunya dengan DME seperti saya sampaikan tadi,” ujar Tri.

Dengan memproduksi DME dari dalam negeri, Indonesia diharapkan mampu mengurangi sebagian besar impor LPG tersebut secara bertahap. 

Selain efisiensi anggaran, program ini juga memperkuat kemandirian energi nasional dan mendukung agenda pembangunan industri dalam negeri berbasis sumber daya lokal.

Langkah Strategis Menuju Kemandirian Energi

Pemerintah melihat proyek DME sebagai bagian penting dari strategi jangka panjang menuju kedaulatan energi nasional. 

Dengan melibatkan industri lokal dan investasi strategis, hilirisasi batu bara menjadi DME juga diharapkan membuka lapangan kerja baru, memperkuat rantai pasok domestik, dan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.

Proyek DME juga menjadi tonggak penting dalam mewujudkan prinsip transisi energi yang adil (just energy transition). 

Alih-alih meninggalkan batu bara sepenuhnya, pemerintah memilih pendekatan adaptif yang mengubah komoditas tersebut menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan ekonomi nasional.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski potensinya besar, realisasi proyek hilirisasi batu bara menjadi DME masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti pembiayaan, transfer teknologi, dan integrasi rantai pasok. 

Namun, pemerintah optimistis dengan dukungan kebijakan, insentif investasi, dan kerja sama antar-BUMN, proyek ini dapat segera terwujud dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Tri menegaskan bahwa langkah ini bukan hanya transformasi teknologis, tetapi juga simbol dari kemandirian bangsa dalam mengelola sumber daya energi secara berkelanjutan. 

Dengan pengembangan DME, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi produsen batu bara mentah, tetapi juga pemain penting dalam rantai industri energi bersih.

Menuju Masa Depan Energi Nasional yang Berdaulat

Upaya konversi batu bara menjadi DME mencerminkan keseriusan pemerintah dalam menciptakan keseimbangan antara kebutuhan energi, ekonomi, dan lingkungan. 

Proyek ini akan memperkuat fondasi menuju Indonesia yang lebih mandiri energi, dengan sumber daya alam yang dikelola secara bijak untuk kepentingan rakyat.

Jika terealisasi penuh, hilirisasi batu bara menjadi DME dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG secara signifikan, menekan pengeluaran subsidi triliunan rupiah, dan membuka peluang investasi baru di sektor energi terbarukan.

Dengan demikian, langkah pemerintah ini bukan sekadar kebijakan energi, melainkan wujud nyata dari strategi nasional menuju kemandirian dan keberlanjutan energi Indonesia di masa depan.

Terkini