JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa penguatan sektor industri pertahanan nasional tidak bisa dilepaskan dari kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, terutama yang memiliki kompetensi teknologi tinggi.
Pernyataan ini disampaikan melalui arahan resmi kepada Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto, setelah Rapat Terbatas (Ratas) bersama sejumlah menteri Kabinet Merah Putih di kediaman Presiden, Jakarta, Minggu 19 Oktober 2025.
Fokus pada Kecocokan SDM dan Industri Strategis
Brian menuturkan, arahan Presiden menekankan sinkronisasi antara sistem pendidikan tinggi dan kebutuhan industri strategis nasional, termasuk sektor pertahanan yang semakin mengandalkan teknologi canggih.
“Apalagi sekarang sektor pertahanan sangat kental dengan teknologi. Jadi penguasaan teknologi dan kesiapan SDM di bidang itu diharapkan bisa match dengan industri yang akan tumbuh di Indonesia,” ujar Brian kepada wartawan.
Presiden Prabowo menekankan bahwa perguruan tinggi harus menjadi motor penggerak pengembangan industri baru, mulai dari ketahanan pangan, energi, hingga hilirisasi mineral.
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat kemandirian industri nasional sekaligus menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan.
“Bapak Presiden kembali mengingatkan, karena kita ingin perguruan tinggi Indonesia mampu memunculkan industri-industri baru, mulai dari ketahanan pangan, energi, maupun hilirisasi mineral,” tambah Brian.
Pemetaan SDM dan Program Strategis
Untuk mendukung visi tersebut, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tengah melakukan pemetaan kebutuhan SDM nasional secara rinci. Langkah ini mencakup penyesuaian alokasi beasiswa LPDP dan program riset agar lulusan perguruan tinggi memiliki keterampilan yang relevan dengan arah pembangunan industri.
“Kami diminta menghitung secara cermat SDM yang dibutuhkan, termasuk beasiswa LPDP dan lainnya. Itu harus disesuaikan dengan rencana pengembangan industri di Indonesia agar tidak terjadi mismatch antara lulusan dengan kebutuhan dunia kerja,” jelas Brian.
Menurutnya, penguatan kapasitas SDM di tingkat pendidikan tinggi akan terhubung dengan sejumlah program strategis pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Desa Nelayan, dan Koperasi Merah Putih.
Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan lulusan perguruan tinggi memiliki kompetensi yang sesuai dengan permintaan industri di berbagai sektor pertumbuhan.
“Jadi seluruh sektor pertumbuhan yang akan berjalan, harapannya disiapkan SDM yang relevan. Itu yang kembali ditekankan oleh Bapak Presiden,” ujar Brian.
Kesiapan SDM untuk Industri Pertahanan dan Teknologi
Sektor pertahanan kini semakin mengandalkan teknologi tinggi, sehingga kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) menjadi sangat krusial.
Brian menegaskan, kementeriannya sedang merumuskan formulasi kebutuhan SDM nasional berbasis sektor industrialisasi, dengan fokus utama pada bidang STEM.
“Ini yang sedang kami formulasikan, karena sektor-sektor seperti industrialisasi, ketahanan pangan, dan energi itu utamanya berbasis STEM,” tandas Brian.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk memastikan lulusan perguruan tinggi tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu berinovasi dalam industri strategis nasional, termasuk manufaktur pertahanan, energi, pangan, dan teknologi tinggi lainnya.
Integrasi Lintas Sektor dan Kementerian
Rencana pengembangan SDM ini tidak hanya terbatas pada pendidikan tinggi, melainkan harus dilakukan secara lintas kementerian.
Setiap program pemerintah yang menciptakan permintaan tenaga ahli baru—mulai dari pangan, energi, kelautan, hingga manufaktur pertahanan—harus diikuti dengan perencanaan SDM yang matang, sehingga kualitas lulusan dan kebutuhan industri dapat sejalan.
“Kementerian kami tengah merumuskan formulasi kebutuhan SDM nasional berbasis sektor industrialisasi, dengan fokus utama pada bidang STEM. Hal ini penting agar industri pertahanan dan sektor strategis lainnya memiliki SDM yang sesuai,” jelas Brian.
Tantangan dan Peluang
Arahan Presiden Prabowo juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri untuk membangun ekosistem industri pertahanan yang mandiri dan kompetitif.
Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi universitas untuk menjadi pusat pengembangan inovasi, riset, dan talenta unggul.
Selain sektor pertahanan, perguruan tinggi juga diminta menyiapkan SDM untuk sektor lain seperti ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi mineral, yang menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional.
Dengan demikian, lulusan perguruan tinggi akan memiliki kemampuan teknis dan strategis yang relevan, sehingga mendukung pertumbuhan industri nasional secara berkelanjutan.
Menuju Pendidikan Tinggi Berbasis Industri
Rencana ini menegaskan peran pendidikan tinggi sebagai penggerak industri baru. Selain program beasiswa dan riset, perguruan tinggi diharapkan menjadi laboratorium inovasi yang menghasilkan talenta siap kerja, mampu menguasai teknologi canggih, dan siap mendukung pertumbuhan industri strategis.
“Tentu semua sektor dibahas. Dari delapan Astacita, salah satunya adalah meningkatkan industri pertahanan. Kami diminta juga menyiapkan SDM di bidang itu,” kata Brian.
Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mendorong industrialisasi berbasis teknologi tinggi, meningkatkan kemandirian industri, dan menyiapkan generasi muda yang mampu bersaing secara global.
Presiden Prabowo menekankan bahwa kesiapan SDM menjadi fondasi utama penguatan industri pertahanan dan teknologi nasional. Perguruan tinggi di Indonesia diharapkan mampu menyiapkan lulusan yang kompeten, inovatif, dan siap menghadapi tantangan industri strategis.
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi akan menjadi motor penggerak, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan SDM berbasis STEM, integrasi lintas sektor, serta penyesuaian program beasiswa dan riset sesuai arah pembangunan industri nasional.