Sony Balas Keras Pembelaan Tencent atas Kasus Plagiarisme Horizon

Senin, 20 Oktober 2025 | 10:38:47 WIB
Sony Balas Keras Pembelaan Tencent atas Kasus Plagiarisme Horizon

JAKARTA - Perseteruan hukum antara dua raksasa industri game, Sony dan Tencent, kembali memanas. Setelah Tencent mengeluarkan pembelaan terhadap tuduhan plagiarisme game Light of Motiram, Sony langsung bereaksi keras. Menurut perusahaan asal Jepang itu, pembelaan yang disampaikan Tencent hanyalah alasan kosong yang tak berdasar.

Sony: Pembelaan Tencent Hanya “Omong Kosong”

Dalam dokumen hukum terbaru yang dikutip dari The Game Post Minggu, 19 Oktober 2025, Sony menolak klaim Tencent yang menyebut kasus ini belum relevan karena Light of Motiram baru akan dirilis pada 2027.

“Ini omong kosong. Kerusakan sudah terjadi dan masih berlanjut,” tulis Sony dalam pernyataan resminya.

Sony meminta pengadilan menolak upaya Tencent untuk membatalkan gugatan yang mereka nilai sebagai “manuver licik”. Mereka menuding Tencent memanfaatkan banyak anak perusahaan untuk menghindari tanggung jawab hukum.

Kerusakan Sudah Terjadi Meski Game Belum Dirilis

Sony menegaskan bahwa pelanggaran sudah terjadi jauh sebelum Light of Motiram resmi dirilis. Menurut mereka, bukti-bukti penjiplakan terlihat jelas pada video promosi, tangkapan layar, dan materi pemasaran yang sudah disebarluaskan secara global.

Konten tersebut muncul di berbagai platform besar seperti Steam, Epic Games Store, YouTube, dan Discord. Karena sudah dilihat jutaan orang, Sony menilai dampak kerugiannya tidak bisa dihapus begitu saja.

Gamer di berbagai komunitas pun ikut bersuara. Banyak yang menuduh Light of Motiram meniru elemen-elemen Horizon, mulai dari desain dunia, karakter utama, hingga gaya visualnya. Meski kritik kian ramai, Tencent tetap teguh mempromosikan game tersebut dan menolak tuduhan menjiplak.

Tuduhan Sony: Meniru dari Musik hingga Narasi

Dalam gugatannya, Sony mengulangi klaim bahwa Light of Motiram telah menyalin banyak elemen dari seri Horizon, termasuk tampilan, suara, karakter, dan jalan cerita.

Yang paling mengejutkan, Sony menuduh Tencent mempekerjakan komposer yang sebelumnya terlibat dalam proyek Horizon Forbidden West untuk menciptakan musik serupa di game baru mereka. Menurut Sony, hal ini membuktikan niat sengaja untuk meniru atmosfer khas Horizon.

Tencent Balik Menyerang: Sony Terlalu Berlebihan

Tencent, melalui tanggapannya, menuduh Sony bertindak berlebihan. Mereka menyatakan Sony berusaha “memonopoli konvensi genre open world”, padahal konsep tersebut sudah digunakan oleh puluhan game lain selama bertahun-tahun.

“Sony tidak benar-benar berusaha melindungi karyanya, melainkan ingin menguasai konvensi genre yang umum,” tulis Tencent dalam dokumennya.

Raksasa asal China itu juga mengajukan mosi untuk membatalkan gugatan, dengan beberapa alasan utama:

Kurangnya yurisdiksi pengadilan AS atas kasus ini.

Sony gagal menyatakan klaim yang valid.

Game Light of Motiram belum dirilis, sehingga tuduhan plagiarisme masih bersifat spekulatif.

Tencent menegaskan bahwa banyak elemen dalam Horizon — seperti sistem eksplorasi terbuka, karakter pemburu, dan mekanik dunia luas — bukanlah hal yang unik. Mereka berpendapat bahwa Sony terlalu serakah dengan mencoba mengklaim kepemilikan atas formula umum yang sudah digunakan banyak studio lain.

Sony Teguh pada Posisi: Plagiarisme Sudah Terjadi

Menanggapi itu, Sony menilai argumen Tencent justru memperlihatkan upaya untuk mengaburkan fakta. Mereka menegaskan bahwa plagiarisme tidak hanya terjadi pada mekanik gameplay, tapi juga pada unsur artistik, estetika visual, dan penyajian dunia game yang serupa secara signifikan dengan Horizon.

“Kerusakan sudah nyata. Gambar, video, dan promosi yang meniru Horizon telah beredar luas. Itu cukup untuk menunjukkan pelanggaran,” ujar perwakilan Sony dalam dokumen pengadilan.

Kasus Penting bagi Dunia Game Global

Perseteruan ini menjadi salah satu kasus hukum terbesar di industri game tahun 2025, mengingat kedua perusahaan memiliki pengaruh besar secara global.

Tencent dikenal lewat anak perusahaannya seperti Level Infinite dan TiMi Studio, sementara Sony PlayStation adalah pemilik berbagai franchise ikonik, termasuk Horizon, God of War, dan The Last of Us.

Bagi para pengamat industri, kasus ini menyoroti batas tipis antara inspirasi dan penjiplakan. Dalam genre open world, kesamaan konsep memang sering terjadi. Namun, jika kemiripan mencakup narasi, visual, dan atmosfer, hal itu bisa masuk ranah pelanggaran hak cipta.

Dampak dan Implikasi ke Depan

Hasil akhir kasus ini bisa menjadi preseden besar bagi perlindungan kekayaan intelektual (HAKI) di industri game. Jika Sony menang, akan ada batas yang lebih tegas antara “terinspirasi” dan “meniru”.

Namun, jika Tencent berhasil menggugurkan gugatan, hal itu bisa menjadi celah bagi pengembang lain untuk memanfaatkan konsep populer tanpa khawatir tuntutan hukum.

Sementara proses hukum masih berjalan, Tencent tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda mundur. Dengan menunda perilisan Light of Motiram hingga 2027, mereka berupaya membeli waktu sekaligus meredam tekanan publik.

Garis Antara Inspirasi dan Plagiarisme Kian Kabur

Apa pun hasil akhirnya, kasus Sony vs Tencent menunjukkan betapa rumitnya dunia kreativitas digital masa kini.

Di era ketika teknologi memungkinkan siapa pun menciptakan dunia virtual dengan kualitas tinggi, garis antara inspirasi dan plagiarisme semakin kabur. Kasus ini menjadi pengingat bahwa ide orisinal tetap memiliki nilai besar—dan perlu dilindungi agar industri game terus berkembang dengan sehat dan adil.

Terkini