Maresca Prihatin atas Pemecatan Postecoglou Usai Kekalahan Forest

Senin, 20 Oktober 2025 | 09:46:42 WIB
Maresca Prihatin atas Pemecatan Postecoglou Usai Kekalahan Forest

JAKARTA - Kabar mengejutkan datang dari Liga Inggris setelah Ange Postecoglou resmi dipecat dari kursi pelatih Nottingham Forest. Pemecatan tersebut diumumkan tak lama usai kekalahan telak dari Chelsea. Di tengah kehebohan itu, manajer Chelsea Enzo Maresca mengungkapkan rasa simpatinya terhadap nasib koleganya itu.

Postecoglou sejatinya baru saja memulai perjalanannya bersama Nottingham Forest. Namun, masa baktinya berakhir jauh lebih cepat dari yang diduga banyak pihak. 

Kekalahan 0-3 dari Chelsea di City Ground pada Sabtu 18 Oktober 2025 menjadi titik akhir kebersamaannya dengan klub berjuluk The Garibaldi tersebut.

Keputusan klub memecat Postecoglou diambil hanya beberapa jam setelah pertandingan. Ia bahkan tidak sempat menghadiri konferensi pers pascalaga—sebuah indikasi bahwa keputusan itu telah dipertimbangkan sejak sebelum peluit akhir berbunyi.

Catatan Buruk yang Tak Terbendung

Pemecatan Postecoglou menjadi konsekuensi dari rentetan hasil buruk yang dialami Nottingham Forest sejak awal musim. Dalam delapan pertandingan di semua kompetisi, Forest tidak pernah mencatat kemenangan. Mereka hanya mampu meraih dua hasil imbang dan menelan enam kekalahan.

Statistik tersebut tentu menjadi beban berat bagi pelatih asal Australia itu. Padahal, ketika ia ditunjuk pada September 2025, publik sempat berharap Postecoglou dapat membawa perubahan positif di City Ground. 

Gaya bermain ofensifnya saat menangani Tottenham Hotspur dulu sempat menuai pujian, namun di Forest, hal serupa belum terlihat.

Dengan hasil-hasil minor tersebut, manajemen klub akhirnya mengambil keputusan tegas. Langkah ini mungkin terkesan drastis, tetapi di dunia sepak bola modern—terutama di Premier League—sabar bukanlah kata yang sering digunakan.

Maresca Tunjukkan Rasa Empati

Usai pertandingan, pelatih Chelsea Enzo Maresca menyampaikan keprihatinannya atas kabar pemecatan tersebut. Ia tidak sempat bertemu langsung dengan Postecoglou, lantaran dirinya menonton laga dari tribun akibat sanksi kartu merah. Namun, Maresca tetap mengirim pesan simpati untuk kolega sesama pelatih itu.

"Saya tidak bicara dengan Ange. Saya tidak melihatnya, tapi saya hanya bisa prihatin kepadanya," ujar Maresca, dikutip dari Football London.

Menurutnya, apa yang menimpa Postecoglou adalah risiko yang tidak terelakkan di profesi kepelatihan. “Sudah saya bilang berkali-kali, ini bisnis di mana kalau kami tidak menang, konsekuensinya sama saja bagi kami semua. Jadi, saya turut bersimpati untuknya,” imbuhnya.

Komentar Maresca menggambarkan realitas keras dunia sepak bola profesional. Sebuah hasil buruk beruntun dapat mengubah nasib seorang pelatih hanya dalam hitungan minggu.

Tekanan Tak Terhindarkan di Liga Inggris

Premier League dikenal sebagai salah satu liga paling kompetitif di dunia. Tekanan terhadap pelatih di sana begitu besar, baik dari manajemen klub, suporter, maupun media. Dalam konteks itu, kasus Postecoglou bukanlah hal baru.

Beberapa pelatih bahkan mengalami nasib serupa dalam waktu lebih singkat. Kinerja yang tidak langsung menghasilkan kemenangan membuat mereka kehilangan pekerjaan meski baru menukangi tim beberapa pekan.

Postecoglou, dengan filosofi bermain menyerang yang selama ini ia usung, tampak belum menemukan keseimbangan di Forest. Struktur pertahanan yang rapuh serta transisi yang lambat menjadi kelemahan utama timnya.

Maresca, yang juga sedang beradaptasi dengan tekanan besar di Chelsea, tampaknya memahami betul situasi tersebut. Ucapannya mencerminkan solidaritas di antara para pelatih yang sama-sama hidup di bawah sorotan publik dan tuntutan hasil instan.

Akhir yang Cepat, Awal Baru yang Tak Pasti

Kegagalan Postecoglou di Nottingham Forest menambah daftar pelatih yang harus angkat kaki di awal musim 2025/2026. Meski masa kerjanya hanya 39 hari, ia tetap dikenang sebagai sosok yang berusaha membawa ide segar ke dalam tim.

Pihak manajemen Forest kini harus bergerak cepat mencari pengganti. Dengan kompetisi yang masih panjang, mereka tidak punya banyak waktu untuk bereksperimen. Posisi klub di papan bawah klasemen tentu membuat langkah selanjutnya menjadi krusial.

Bagi Postecoglou sendiri, kegagalan ini bukan akhir dari kariernya. Dalam beberapa musim terakhir, ia telah membuktikan kapasitasnya di berbagai level—mulai dari klub Jepang, tim nasional Australia, hingga Premier League. Banyak pihak meyakini, pelatih berusia 59 tahun itu masih punya peluang untuk bangkit di tempat lain.

Dunia Sepak Bola yang Tak Pernah Memberi Waktu

Kisah pemecatan Ange Postecoglou sekaligus menjadi pengingat bahwa dalam sepak bola modern, waktu adalah kemewahan yang jarang diberikan. Klub-klub besar maupun menengah kini menuntut hasil cepat, dan para pelatih dituntut menyesuaikan diri dengan ekspektasi yang terus meningkat.

Maresca, lewat ucapannya, menunjukkan sisi manusiawi dari profesi yang kerap dilihat hanya dari sisi kemenangan dan kekalahan. 

Dalam persaingan sengit Liga Inggris, empati seperti itu menjadi sesuatu yang langka namun penting—karena pada akhirnya, semua pelatih berada di posisi yang sama: bekerja di bawah tekanan yang tak kenal kompromi.

Dengan kepergian Postecoglou, Nottingham Forest kini membuka lembaran baru, sementara dunia sepak bola kembali diingatkan akan kerasnya realitas di balik gemerlap kompetisi tertinggi Inggris.

Terkini