iPhone Air Sepi Peminat, Apple Turunkan Produksi Global

Senin, 20 Oktober 2025 | 09:46:18 WIB
iPhone Air Sepi Peminat, Apple Turunkan Produksi Global

JAKARTA - Apple kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa tak semua inovasi mampu mencuri hati pasar. Setelah sempat dipromosikan sebagai smartphone tertipis dan tercanggih, iPhone Air justru menunjukkan performa penjualan yang lesu, membuat perusahaan asal Cupertino itu harus memangkas produksinya secara signifikan.

Menurut laporan Mizuho Securities, perusahaan sekuritas asal Jepang, Apple akan menurunkan produksi iPhone Air hingga satu juta unit pada tahun ini karena permintaan konsumen tidak sesuai ekspektasi. 

Meski demikian, varian lain dari seri iPhone 17 justru mencatatkan hasil yang menggembirakan dan berhasil menutupi penurunan tersebut.

Model Lain Justru Laris Manis

Dalam laporan yang sama, Mizuho menyebutkan penjualan iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max melampaui performa seri sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu. 

Bahkan, iPhone 17 versi standar dianggap sebagai salah satu produk tersukses Apple dalam beberapa tahun terakhir karena penjualannya jauh lebih baik dibandingkan iPhone 16.

Keberhasilan itu membuat total proyeksi produksi seri iPhone 17 justru meningkat. Apple dikabarkan menaikkan target produksinya dari 88 juta unit menjadi 94 juta unit pada awal tahun 2026.

 Kenaikan ini menunjukkan bahwa kendati iPhone Air gagal memenuhi ekspektasi, seri lainnya masih menjadi motor utama penjualan Apple.

Mengapa iPhone Air Kurang Diminati?

Meski membawa desain revolusioner dengan bodi ultra-tipis, iPhone Air tampaknya gagal menarik perhatian pengguna umum. Sebagian analis menilai, konsumen saat ini lebih memilih kinerja dan daya tahan baterai ketimbang ketipisan perangkat.

Beberapa laporan pengguna juga menyebutkan bahwa bodi terlalu ramping justru membuat perangkat terasa lebih ringkih dan cepat panas saat digunakan untuk aktivitas berat. 

Harga jual yang tinggi juga menjadi faktor lain yang menghambat minat beli, terutama di pasar luar negeri seperti Amerika Serikat dan Eropa, di mana konsumen lebih kritis terhadap nilai guna produk premium.

Respons Apple dan Pasar Global

Menariknya, meski lesu di pasar Barat, iPhone Air justru laku keras di China. Seperti dikutip dari Apple Insider, model tersebut terjual habis hanya dalam hitungan jam setelah resmi dirilis di Negeri Tirai Bambu. 

Kondisi ini sempat membuat CEO Apple Tim Cook turun langsung memantau penjualan di kawasan tersebut, terutama karena peluncurannya sempat tertunda akibat masalah regulasi lokal.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa preferensi pasar global masih sangat beragam. Di beberapa negara Asia, desain tipis dan futuristik justru menjadi daya tarik utama. Namun di pasar utama seperti AS dan Eropa, daya tahan dan fitur kamera masih menjadi faktor pembelian yang lebih dominan.

Persaingan dengan Samsung dan Nasib Ponsel Tipis

Kelesuan penjualan iPhone Air ternyata bukan fenomena tunggal. Di saat yang hampir bersamaan, Samsung juga membatalkan rencana peluncuran Galaxy S25 Edge, ponsel super tipis yang digadang-gadang sebagai pesaing langsung iPhone Air. 

Menurut laporan yang beredar, keputusan itu diambil setelah melihat tren permintaan yang serupa—konsumen kurang tertarik pada perangkat ultra-slim yang kompromi pada daya tahan baterai.

Kondisi ini menegaskan bahwa pasar smartphone tipis mungkin telah mencapai titik jenuh. Konsumen kini lebih mencari keseimbangan antara performa, baterai, dan fitur kamera ketimbang sekadar desain minimalis.

Produksi Naik, Tapi Fokus Beralih

Meski penjualan iPhone Air menurun, Apple tetap optimistis menghadapi tahun depan. Dengan permintaan tinggi untuk iPhone 17 Pro dan Pro Max, perusahaan dikabarkan akan menambah produksi dua model tersebut hingga dua juta unit tambahan.

Langkah ini menunjukkan strategi adaptif Apple: alih-alih memaksa pasar menerima satu produk, mereka mengalihkan fokus ke model yang lebih diminati, menjaga momentum positif pada lini andalannya.

Bagi Apple, kegagalan iPhone Air bukanlah tanda kemunduran, melainkan sinyal penting tentang pergeseran tren konsumen global. Jika sebelumnya desain dan keunikan fisik jadi daya tarik utama, kini pengguna semakin memprioritaskan pengalaman jangka panjang dan keandalan perangkat.

Kisah iPhone Air menjadi contoh nyata bahwa tidak semua inovasi bisa langsung diterima pasar. Dalam dunia teknologi yang bergerak cepat, inovasi harus disertai dengan relevansi terhadap kebutuhan pengguna. Walau begitu, Apple tetap berhasil menjaga performa bisnisnya berkat keberhasilan model lain. 

Dengan strategi produksi yang fleksibel dan kemampuan membaca tren pasar secara cepat, perusahaan ini masih menjadi pemimpin industri smartphone dunia—meski sesekali harus belajar dari kegagalan produknya sendiri.

Terkini