Indonesia Siap Jadi Pemain Utama Herbal Dunia dengan 30 Ribu Tanaman

Rabu, 15 Oktober 2025 | 15:58:14 WIB
Indonesia Siap Jadi Pemain Utama Herbal Dunia dengan 30 Ribu Tanaman

JAKARTA - Indonesia dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk 30 ribu jenis tumbuhan, dengan sekitar 9.600 di antaranya memiliki khasiat obat. Jumlah ini menjadi modal besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri herbal global.

Harapan ini disampaikan Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, dalam acara Annual Meeting World Health Organization-International Regulatory Cooperation of Herbal Medicine (WHO-IRCH) ke-16, yang digelar di Jakarta Selatan.

Menurut Taruna, Indonesia memiliki potensi untuk merajai herbal medicine, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional. “Indonesia punya potensi besar merajai dunia untuk herbal medicine. Bukan hanya raja di negeri sendiri, tapi merajai dunia,” ujar Taruna, dikutip dari Detik Health.

Tantangan Pengembangan Herbal Lokal

Meski jumlah tanaman obat sangat banyak, hanya sekitar 18 ribu herbal yang terdaftar secara resmi. Lebih lanjut, dari jumlah tersebut, baru 71 herbal yang menjadi obat herbal terstandar (OHT) dan 20 yang berstatus fitofarmaka.

“Dari herbal terstandar ini, nanti bisa berpotensi menjadi obat. Kita tahu kan bahan baku kita masih 94 persen dari impor. Ini semua bisa dikembangkan,” tambah Taruna. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar potensi herbal Indonesia belum dikelola secara maksimal, dan masih bergantung pada pengolahan di luar negeri.

BPOM telah menyiapkan strategi Academic, Business, Government (ABG) untuk memperkuat riset dan pengembangan herbal lokal. Strategi ini menekankan kolaborasi akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah, agar inovasi herbal Indonesia mampu bersaing di tingkat global.

“Kami menyediakan regulasi dan pedoman untuk memastikan kepatuhan terhadap keamanan, khasiat, dan mutu. BPOM juga terus mendorong integrasi obat tradisional ke dalam sistem kesehatan nasional,” jelas Taruna.

Fokus pada Kunyit dan Batang Kina

Dari sekian banyak tanaman herbal, Taruna menyoroti dua jenis yang paling potensial, yakni kunyit dan batang kina. Kunyit mengandung kurkumin, zat aktif dengan efek antioksidan, antiinflamasi, dan berpotensi sebagai anti-kanker, sementara batang kina dikenal sebagai bahan baku obat malaria.

Namun, pemanfaatannya masih belum optimal. Proses produksi kedua bahan ini masih bergantung pada negara lain, yang membuat nilai tambah tanaman ini tidak maksimal.

“Selama ini batang-batang kina itu kita kirim dulu ke Jerman, ke Eropa, atau ke Belanda. Bahan bakunya terus selesai itu dikirim kembali, jadi harganya bisa ribuan kali lipat,” ungkap Taruna.

Jika pengolahan dilakukan di dalam negeri, nilai tambah akan meningkat signifikan, dan ketergantungan pada obat impor bisa dikurangi. 

Taruna menekankan, “Kalau kita bisa kelola sendiri di sini, kita mampu dari sumber alam ini. Saya yakin secara bertahap potensi ketergantungan obat dari luar negeri itu semakin bisa dikurangi.”

Strategi Globalisasi Herbal Indonesia

Taruna optimistis, dengan dukungan kekayaan alam, riset, dan regulasi yang kuat, Indonesia memiliki peluang untuk sejajar dengan negara lain yang terkenal dengan herbalnya. Misalnya, Korea dengan ginseng, dan China dengan pengobatan tradisionalnya.

“Jangan hanya Korea yang punya ginsengnya dan China, tapi Indonesia harus tumbuh menjadi potensi besar bahwa Indonesia lebih kaya dari mereka itu,” ujar Taruna.

BPOM mendorong agar penelitian berbasis bukti (evidence-based research) terus dilakukan, termasuk uji klinis untuk obat herbal. Hal ini penting agar produk herbal lokal tidak hanya aman dikonsumsi, tetapi juga memenuhi standar internasional.

Selain itu, integrasi herbal ke dalam sistem kesehatan nasional menjadi fokus penting. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya mengonsumsi herbal sebagai jamu tradisional, tetapi juga sebagai bagian dari perawatan medis modern.

Peluang Ekonomi dan Kesehatan

Potensi ekonomi dari herbal Indonesia sangat besar. Dengan lebih dari 30 ribu jenis tanaman, jika dikelola dengan baik, nilai ekspor dan pasar domestik bisa meningkat pesat.

 Produk herbal yang terstandarisasi dapat menjadi komoditas global, sekaligus memperkuat citra Indonesia sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam beragam.

Selain manfaat ekonomi, pengembangan herbal juga berkontribusi pada kesehatan masyarakat, khususnya dalam upaya preventif. Tanaman obat seperti kunyit dan batang kina memiliki manfaat antioksidan dan antimalaria, yang dapat digunakan dalam berbagai formula kesehatan modern.

Indonesia memiliki modal alam dan budaya yang besar untuk menjadi raja herbal dunia. Dengan lebih dari 30 ribu jenis tumbuhan, dukungan riset, regulasi yang jelas, dan strategi ABG, potensi tanaman obat lokal bisa dimaksimalkan untuk ekonomi, kesehatan, dan inovasi global.

Taruna Ikrar menegaskan, fokus pada pengembangan kunyit dan batang kina, integrasi ke sistem kesehatan nasional, dan pengolahan dalam negeri menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan obat impor dan meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal.

Jika langkah-langkah ini dijalankan konsisten, Indonesia tidak hanya menjadi raja herbal di negeri sendiri, tetapi juga pemimpin di pasar herbal dunia.

Terkini