STQH Nasional 2025 Jadi Sarana Bentuk Generasi Qurani Peduli Lingkungan

Minggu, 12 Oktober 2025 | 09:37:21 WIB
STQH Nasional 2025 Jadi Sarana Bentuk Generasi Qurani Peduli Lingkungan

JAKARTA - Penyelenggaraan Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional ke-28 di Kendari, Sulawesi Tenggara, menjadi momen penting dalam membangun generasi Qurani yang unggul, berkarakter, serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan. 

Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ajang kompetisi keagamaan, tetapi juga bagian dari gerakan spiritual dan moral untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman, berilmu, dan berwawasan ekologis.

Dalam sambutannya saat membuka STQH Nasional 2025 di Kendari, Sabtu malam 11 Oktober 2025, Menag Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa ajang tahunan tersebut mengangkat tema besar “Syiar Al-Qur’an dan Hadis, Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan.” 

Tema ini, kata dia, memiliki makna mendalam karena lahir dari konteks sosial dan ekologis yang dihadapi dunia saat ini.

“Tema ini tidak hadir di ruang kosong. Di tengah meningkatnya ketegangan sosial dan tantangan ekologis, Al Quran dan Hadis sebagai suara kenabian yang menyeru pada harmoni kasih sayang datang menjawab,” ujar Nasaruddin Umar.

Ia menekankan, pelaksanaan STQH bukan hanya untuk menumbuhkan kecintaan terhadap wahyu Allah, tetapi juga untuk menanamkan kesadaran ekoteologis, yaitu pandangan bahwa mencintai bumi merupakan bagian dari keimanan.

“Ekoteologis adalah kesadaran bahwa mencintai bumi adalah bagian daripada iman dan merawat lingkungan adalah bentuk zikir sosial. Dalam setiap ayat yang berbicara tentang alam, selalu terselip pesan keseimbangan dan keadilan ekologis. Maka mencintai Al Quran adalah mencintai bumi dan sesama,” jelasnya.

Menurut Menag, pesan tersebut sangat relevan di era modern yang penuh tantangan dan disrupsi. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial, kehadiran para penghafal Al Quran dan Hadis menjadi penjaga nilai-nilai moral serta penerang di tengah krisis spiritual masyarakat.

“Kita butuh mereka di setiap lini kehidupan, di sekolah, tempat kerja, di ruang pengambilan kebijakan, di media, bahkan di ekosistem digital. Karena merekalah yang akan menjaga arah bangsa ini tetap berada di jalan yang adil, beradab, dan berakhlak mulia,” ujarnya menambahkan.

Lebih jauh, Nasaruddin menjelaskan bahwa kegiatan STQH juga menjadi bagian dari implementasi visi pembangunan sumber daya manusia yang tertuang dalam Nawa Cita Presiden Republik Indonesia. 

Khususnya, Cita Keempat yang berfokus pada penguatan kualitas manusia Indonesia agar berdaya saing, dan Cita Kedelapan yang menekankan pentingnya memperkuat toleransi antarumat beragama.

“STQH menjadi wadah untuk memperkuat nilai-nilai Al Quran dan Hadis agar tidak hanya hidup di ruang ibadah, tetapi juga menjadi sumber nilai dalam membangun masyarakat yang merangkul keberagaman, menjunjung persaudaraan, dan menjamin keadilan bagi semua,” tuturnya.

Menag Nasaruddin Umar juga menyoroti dimensi sosial-ekonomi dari kegiatan STQH Nasional 2025. Menurutnya, kegiatan ini turut membuka ruang pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi pelaku usaha lokal.

“Pameran UMKM, bazar rakyat, dan produk-produk lokal adalah bentuk nyata sinergi antara spiritualitas dan pemberdayaan. Sebab kita percaya, keberkahan wahyu tidak hanya menghidupkan jiwa, tetapi juga harus menjelma menjadi kesejahteraan umat di bumi,” tegasnya.

Ia menyampaikan bahwa penyelenggaraan STQH di Kendari diharapkan membawa manfaat ganda bagi masyarakat. 

Selain memperkuat nilai keagamaan, kegiatan ini juga mampu menggairahkan ekonomi daerah dan memperkuat semangat kebersamaan antarumat beragama di Sulawesi Tenggara.

Dalam konteks yang lebih luas, STQH dipandang sebagai wadah untuk mempertemukan nilai spiritual, sosial, dan lingkungan. 

Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan tidak hanya memahami ajaran Al Quran dan Hadis secara tekstual, tetapi juga mengamalkannya secara kontekstual dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menjaga bumi dan sesama manusia.

“Di tengah meningkatnya ancaman terhadap lingkungan, nilai-nilai Al Quran dan Hadis sesungguhnya telah lama mengajarkan prinsip keseimbangan dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi,” ujar Nasaruddin.

Menag juga menekankan pentingnya regenerasi kader Qurani yang mampu mengintegrasikan nilai spiritual dengan kecakapan intelektual dan kepekaan sosial. 

Ia berharap STQH dapat melahirkan generasi yang tidak hanya fasih membaca ayat suci, tetapi juga mampu menerjemahkan pesan-pesan ilahi ke dalam tindakan nyata yang membawa manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

“Para penghafal Al Quran dan Hadis adalah oase spiritual di tengah kekeringan moral zaman. Kita ingin mereka menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam menegakkan nilai keadilan dan keberlanjutan,” tambahnya.

Dengan semangat tersebut, Kementerian Agama berkomitmen menjadikan STQH bukan sekadar ajang seremonial, melainkan juga instrumen strategis dalam membangun peradaban Qurani di Indonesia. 

Melalui kegiatan seperti ini, nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin diharapkan semakin membumi dan menjadi landasan dalam menjaga harmoni sosial serta kelestarian alam. STQH Nasional 2025 di Kendari menjadi refleksi nyata dari sinergi antara spiritualitas dan tanggung jawab ekologis. 

Dengan mengusung nilai-nilai Al Quran dan Hadis, kegiatan ini tidak hanya memperkuat syiar Islam, tetapi juga membangun kesadaran baru bahwa menjaga bumi merupakan bagian integral dari ibadah dan perwujudan cinta kepada Sang Pencipta.

Terkini