Saham Bank Swasta Lapis Dua Jadi Opsi Defensif di Tengah Tekanan Big Banks

Rabu, 08 Oktober 2025 | 09:53:15 WIB
Saham Bank Swasta Lapis Dua Jadi Opsi Defensif di Tengah Tekanan Big Banks

JAKARTA - Pasar saham perbankan Tanah Air menunjukkan dinamika menarik sepanjang tahun ini. Ketika bank-bank besar, khususnya kelompok KBMI 4 dan bank pelat merah, masih bergerak lesu akibat tekanan eksternal dan sentimen negatif, saham bank swasta justru tampil lebih tangguh. 

Tren ini membuat banyak analis menilai bahwa bank swasta lapis dua kini bisa menjadi pilihan defensif bagi investor.

Secara bulanan, kinerja laba bank besar memang mulai menunjukkan perbaikan. Namun, itu belum cukup untuk mengangkat harga sahamnya karena investor masih dibayangi kekhawatiran atas arah kebijakan fiskal, stabilitas nilai tukar rupiah, hingga potensi perlambatan kredit. 

Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa saham bank swasta yang justru bergerak menguat dan konsisten menarik minat investor sepanjang 2025.

BNLI Pimpin Reli Saham Bank Swasta

Salah satu contoh nyata adalah PT Bank Permata Tbk (BNLI). Hingga penutupan perdagangan Selasa7 Oktober 2025, saham BNLI melonjak 503,17% sepanjang tahun berjalan, menembus level Rp 5.700.

Kenaikan tajam ini bukan sekadar fenomena sesaat. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan fundamental perusahaan yang mencatat kinerja solid. Dalam delapan bulan pertama 2025, BNLI membukukan pertumbuhan laba 9,39%, dengan tren kenaikan yang konsisten dari bulan ke bulan.

Bagi investor, reli BNLI menjadi bukti bahwa saham bank swasta lapis dua bisa menjadi alternatif menarik di saat big banks belum sepenuhnya pulih.

BNII Juga Catat Pemulihan Signifikan

Selain BNLI, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) juga mencatat kinerja positif. Dalam tiga bulan terakhir, saham BNII naik 5,58% ke Rp 208. Dari sisi kinerja keuangan, laba BNII melonjak 100% sepanjang periode delapan bulan pertama 2025.

Lonjakan ini menunjukkan bahwa meski tergolong lapis kedua, bank swasta tetap mampu mencatat pemulihan signifikan di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian.

Analis: Bank Swasta Lebih Fleksibel dan Minim Risiko

Menurut Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, bank swasta memiliki peluang pertumbuhan lebih besar dibandingkan bank milik negara.

“Bank pelat merah terikat penugasan pemerintah, sementara bank swasta lebih lincah mengembangkan ekosistem bisnisnya sendiri. Risiko saham bank swasta juga relatif lebih kecil karena sudah punya pasar masing-masing,” jelas Nico.

Hal senada disampaikan oleh Miftahul Khaer, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia. Ia menilai saat ini momentum positif bagi saham bank lapis dua, karena ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan yang lebih terukur dengan risiko lebih rendah dibanding bank Himbara.

“Bank swasta lebih fleksibel dan cepat menyesuaikan strategi bisnis,” kata Miftahul. 

Pernyataan ini menegaskan bahwa daya tarik saham bank swasta bukan hanya soal harga saham yang melonjak, tetapi juga karena sifat bisnis mereka yang lebih adaptif terhadap perubahan.

Minim Tekanan Jual Asing

Kelebihan lain yang membuat saham bank swasta lebih defensif adalah minimnya tekanan dari investor asing. Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, menilai bahwa perbedaan kepemilikan asing menjadi faktor penting.

“Jika bank besar cenderung rentan karena kepemilikan asingnya besar, porsi asing di bank swasta relatif kecil sehingga lebih defensif menghadapi tekanan makro,” ujar Ekky.

Ia menambahkan, saat ini investor asing masih cenderung wait and see terhadap big banks. Hal ini disebabkan oleh menunggu kejelasan arah kebijakan fiskal pemerintah, kondisi nilai tukar rupiah, serta tren pertumbuhan kredit yang masih melambat.

Dengan demikian, bank swasta yang lebih sedikit terekspos kepemilikan asing justru memiliki daya tahan lebih kuat dalam menghadapi gejolak pasar.

Rekomendasi Saham dari Analis

Meski kinerja saham bank swasta cukup gemilang, investor tetap perlu selektif. Beberapa analis memberikan rekomendasi yang bisa menjadi bahan pertimbangan.

Nico, misalnya, menyarankan saham Bank CIMB Niaga (BNGA) sebagai pilihan menarik. Ia menilai BNGA memiliki pertumbuhan pesat, terutama dalam adopsi teknologi, dengan target harga Rp 2.100.

Sementara itu, Miftahul tetap menjagokan BNLI dengan target harga Rp 6.000. Namun, ia juga mengingatkan bahwa investor perlu waspada terhadap potensi risiko likuiditas dan volatilitas harga saham.

Prospek Saham Bank Swasta ke Depan

Secara keseluruhan, prospek saham bank swasta lapis dua dipandang positif oleh berbagai pihak. Dengan fleksibilitas lebih besar, tekanan asing yang minim, serta ruang pertumbuhan yang masih terbuka lebar, bank-bank ini berpotensi terus menarik minat investor.

Namun, tentu saja, bukan berarti tanpa risiko. Investor tetap harus mencermati faktor makroekonomi, termasuk pergerakan suku bunga, arah kebijakan fiskal, dan stabilitas rupiah.

 Jika faktor-faktor tersebut terkendali, saham bank swasta bisa menjadi pilihan strategis untuk portofolio jangka menengah hingga panjang.

Kesimpulan

Sementara bank-bank besar masih terjebak dalam tekanan sentimen negatif, saham bank swasta lapis dua menunjukkan daya tahan yang lebih kuat. Reli BNLI dan pemulihan BNII menjadi bukti nyata bahwa bank swasta mampu memberikan imbal hasil yang menarik, bahkan di tengah ketidakpastian.

Dengan karakter yang lebih fleksibel, kepemilikan asing yang lebih rendah, serta strategi bisnis yang adaptif, bank swasta lapis dua kini dipandang sebagai opsi defensif yang patut diperhitungkan. 

Bagi investor yang mencari keseimbangan antara risiko dan peluang, sektor ini bisa menjadi ladang menarik di tengah turbulensi pasar.

Terkini